Perhatian: Cerita ini hanya dirilis di platform W A T T P A D.
...
Kami terpecah jadi dua kubu tanpa sadar. Aku dan Chrys melawan raksasa marshmallow. Chloe dan Mischa melawan monster beruang.
"Awas!" teriak Chrys sambil menghindar. Aku melompat mundur.
Ayunan lengan raksasa yang kami hadapi menghasilkan lecutan angin. Daun-daun di pohon koyak seketika. Batang-batang pohon tergores dalam seperti terkena senjata tajam.
Dari balik pohon, kukerjakan soal dengan cepat. Sementara itu, bola-bola api sedang berputar di bagian belakang bersama akar-akar pohon menjalar yang mengikat monster beruang.
Aku menyerang balik. Arthur menghunus pedang sambil menghindari angin yang datang dengan perisai. Krishna dengan cakram yang berputar mengelilingi melemparkan senjatanya bergantian. Kedua avatar itu menerjang bersama. Si Monster Gula Kapas menghalau seperti sedang melawan lalat.
Arthur berhasil mengoyak bahu makhluk itu, sedangkan cakram-cakram Krishna berhasil ditangkis. Beberapa kali benda itu terpental sampai mengenai pedang serta tubuh Arthur dan memberikan poin kerusakan.
Aku mengerang. "Woy!"
"Maaf, Ren!"
"Dasar—"
Seseorang menabrak tubuhku dari belakang sampai aku tersungkur ke depan. Membuatku mencium tanah seketika.
"Maaf, Ren!" Chloe lekas bangkit dari punggungku. Dia berusaha menolong, tapi kutepis lengannya. "Dih, aku kan, sudah minta maaf!" Dengan bersungut-sungut dia kembali menghadapi beruang yang sudah setengah gosong.
"Ren, awas!"
Bugh!
Arthur—dengan baju besi yang berat dan runcing di beberapa sisi—menghantamku tepat di kepala. Aku jatuh seketika. Kepalaku pusing. Ada sesuatu yang mengalir hangat di kening. Dunia serasa berputar.
"Ren!" Chrys yang pertama menghampiri. Dia berusaha mendudukkanku, tetapi sekelilingku rasanya bergerak tak keruan.
Aku tertunduk. Kupegang kepala yang berdenyut. Untuk beberapa saat aku tidak fokus dengan apa yang Chrys katakan. Di belakangnya, Chloe dan Mischa sedang mengikat dan membakar si Monster Marshmallow.
"Ren! Ren! Kau tidak apa-apa?" Chrys bertanya sambil memegang bahuku yang masih terhuyung-huyung.
"Rasakan itu, gumpalan permen kapas! Melelehlah sampai tak bersisa!" Chloe berteriak histeris sambil mengangkat tangan seperti sedang melihat api unggun raksasa.
Chrys menamparku sambil berteriak. Aku memukul pipinya balik sampai dia terjengkang. "Hei!" serunya tak terima.
Perlahan, rasa sakit yang ada menghilang. Aku bangkit, tetapi masih agak lemas. Chloe membantuku berdiri. Ia mengeluarkan sapu tangan putih dan menyeka darah yang ada di keningku. Aku tidak melawan saat ia melakukan itu.
"Apa-apaan itu tadi?" tanyaku. Ingin marah, tetapi tidak tahu pada siapa.
"Sudah baikan?" tanya Chloe. Aku mengangguk.
Mischa membantu Chrys berdiri. "Aku kan, cuma niat menolong ...," gumam lelaki berambut pirang itu.
Aku tidak menghiraukannya. Dia hanya berdiri terpaku saat aku melewatinya dan memilih kristal soal lain berwarna merah. Matematika. Aku langsung menjawab soal yang diberikan. Tanda benar terus muncul sampai tiga soal berikutnya. Tidak ada monster yang harus dihadapi, setidaknya, sampai aku sadar telah membuat kesalahan karena pusing yang kembali menyerang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avatar System: Brain Games
Science FictionMenjadi juara umum di kelas sepuluh sebelumnya, mengantarkan Arennga menjadi salah satu perwakilan untuk mengikuti Olimpiade Sains Persahabatan bersama dua sekolah lainnya dari negara yang berbeda. Bersama tiga rekan setim dan avatar mereka masing-m...