Aku kembali ke gang sebelumnya dan mendapati ada beberapa soal tambahan. Tanpa pilih-pilih kulibas semua. Pertanyaan-pertanyaan yang ada berupa soal pengetahuan umum dalam kebahasaan seperti, "Apa nama pantun yang hanya terdiri dari satu sampiran dan satu isi?" Atau "Susunlah kata-kata berikut jadi susunan kalimat yang sesuai dengan SPOK!" Sampai yang menarik contohnya, "Sebutkanlah elemen-elemen pembentuk cerita novel!" Tidak ada konsekuensi apa pun bila salah menjawab. Baguslah. Kalau harus juga melawan monster, bisa-bisa soal utama terabaikan.
Semua pertanyaan berhasil kujawab. Nilai bonus sudah semua kudapati. Sekarang saatnya aku menyusul kawan-kawan. Sayang sekali tidak ada fitur panggilan telepon sesama tim. Aku jadi tidak tahu mereka sudah berhasil menjawab atau malah harus mengalahkan monster.
Aku berbalik dan kembali kunaiki skyboard. Kulewati perempatan jalan utama, jalan besar dengan pohon-pohon raksasa di kiri dan kanan, hingga mal-mal yang dipenuhi oleh orang-orang yang berbelanja dan sesekali menontonku lewat. (Sudahkah kukatakan kalau orang-orang di kota tetap beraktivitas seperti biasa terkecuali kendaraan-kendaraan yang lewat karena mereka dialihkan ke jalan lain? Aku jarang mendeskripsikannya karena lebih fokus pada pertandingan.)
Tujuan akhirku berupa galeri seni dengan arsitektur yang tidak biasa; fasad bangunan yang melengkung-lengkung seperti kain yang dijatuhkan, berwarna putih telur dengan jendela-jendela kaca raksasa yang memantulkan langit dan benda di sekitarnya.
Aku lekas ke bagian belakang gedung, di mana lapangan berada dan kemungkinan besar menjadi lokasi permainan. Namun, tidak hanya hamparan lantai batu, pohon-pohon rindang hijau di pinggiran, dan patung-patung hewan mitologis yang berjajar di sisi-sisinya, tetapi juga terdapat teman-temanku yang bersiap melawan sesosok naga setengah manusia berwarna merah. Sayap lebar makhluk itu mengepak membuat empasan angin yang kuat. Cakar-cakarnya yang tajam berkilau diterpa cahaya matahari. Ekor yang berduri dan ototnya yang besar mengintimidasi.
Aku lekas mendekati mereka bertiga dan berhenti di sisi Chrys.
"Ma ... maaf, ya, Ren," sesal si Anak Pirang. Aku hanya bisa menghela napas. Mau bagaimanapun, kemungkinan gagal itu selalu ada.
Chloe sepertinya salah menanggapiku. "Soalnya semaki sulit, asal kau tahu," belanya. "Wajar saja kan, karena sudah hampir soal terakhir."
Aku mendelik padanya. "Iya, iya, aku mengerti." Kutatap makhluk besar di hadapan kami. "Lagi pula ada hal yang lebih genting daripada saling menyalahkan." Contohnya mengalahkan monster ini agar bisa segera menaklukkan Bos Terakhir.
Si manusia naga yang terbang tinggi di udara sedari tadi lalu meraung. Dia menukik dan menyerang dengan cakar besar yang terhunus. Kami semua refleks terbang menghindar dan terpencar ke segala arah.
Para avatar balik menyerang bergantian. Clowny dengan bola-bola warna-warni yang bertubi-tubi. Krishna dengan gada emas yang menghantam dengan keras. Lakshmi menyerang menggunakan kelopak-kelopak teratai terbang yang menyayat perih. Sementara itu, Arthur menerjang dengan pedang dan tameng sebelum kuberi dia skill Excalibur. Mereka menyerang sambil melompat berulang-ulang dari skyboard.
"Mischa, coba ikat dia!" perintahku. Makhluk yang bergerak bebas itu harus dikekang terlebih dahulu.
Mischa mengangguk. Tak lama setelah serangan-serangan lain, akar-akar kayu muncul dari dalam tanah seperti tentakel gurita. Akar-akar itu berusaha mengikat si naga, tetapi akhirnya gagal. Sebaliknya, makhluk buas itu berhasil membakar akar Lakshmi sampai berubah menjadi abu.
Si naga menyerang balik. Sayapnya yang lebar mengepak keras, membuat kami terempas karena dorongan angin yang kuat dan memaksa mengaktifkan selubung pelindung yang berbentuk bola. Si monster melanjutkan serangannya dengan mencakar udara, membuat pisau-pisau angin yang mengoyak segalanya termasuk pelindung patung dan lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avatar System: Brain Games
Science FictionMenjadi juara umum di kelas sepuluh sebelumnya, mengantarkan Arennga menjadi salah satu perwakilan untuk mengikuti Olimpiade Sains Persahabatan bersama dua sekolah lainnya dari negara yang berbeda. Bersama tiga rekan setim dan avatar mereka masing-m...