Sebenarnya kami tidak akan apa-apa meskipun diam tak menghindar. Selubung elektromagnetik akan melindungi kami seperti benda itu melindungi bangunan-bangunan di sekeliling dari hantaman hologram padat. Namun, refleks bertahan hidup menggerakkanku untuk berlindung. Dan di sinilah kami, melayang dengan skyboard bersama avatar menempel di kaki atau bertengger di bahu.
Dan diserang oleh sulur-sulur akar serta burung-burung.
Aku melemparkan Arthur ke arah akar gantung yang menyerang. Pedang menyabet dengan brutal. Akar-akar seketika tercerai berai dan berubah menjadi butiran cahaya. Namun, satu sulur tidak terdeteksi dan melemparkan avatarku sampai membentur tanah.
"Arthur!" Aku langsung menghampirinya yang berusaha berdiri dengan menopang pedang. Luka digital melintang di baju zirahnya.
Seperti tidak memberi kami waktu istirahat, satu harimau menerjang dengan cakar terhunus dan mulut menganga. Aku lekas mengerjakan soal untuk memunculkan Excalibur. Butuh beberapa waktu sampai akhirnya skill itu muncul, tepat saat Arthur mengoyak hewan tersebut menjadi debu cahaya setelah mengulur waktu dengan menghindar berguling-guling.
Di sisi lain, kelopak-kelopak teratai dan akar, cincin-cincin api, dan cakram-cakram beterbangan menyayat dan mengoyak si Nymphae beserta hewan-hewan di sekelilingnya.
"Dasar makhluk-makhluk fana! Kenapa kalian tidak patuh!" seru sang Nymphae berapi-api.
Chloe membalas tidak kalah membara. "Bagaimana kami bisa patuh kalau tidak tahu apa yang harus dilakukan?!" katanya sambil memberikan Clowny bola-bola api. Hewan-hewan yang terkena lari tunggang-langgang dan melebur menjadi cahaya. Sisanya menerjang dengan membabi buta.
Aku menganalisa sekitar. Hewan-hewan menyerang dengan brutal. Batang-batang pohon dan sulur-sulur melilit dan melecut ke sembarang arah. Terlalu banyak kejadian dalam satu waktu. Pengganggunya harus dibereskan terlebih dahulu.
"Hei, Badut! Gunakan lidah apimu untuk membakar seluruh hewan yang ada!" pintaku. Chloe yang melayang mengelilingi musuh bersama badutnya yang melompat-lompat seperti monyet berhenti.
"Katakan sekali lagi dan kau yang akan kubakar!"
Aku tidak menghiraukannya.
"Mischa, ikat si Nymphae saat semua hewan dan sulur sudah hilang! Chrys, kau dan aku yang mengakhiri ini semua!" Kedua orang itu mengangguk mengerti.
Arthur, Krishna, dan Lakshmi, mundur ke jarak aman. Sementara itu, Clowny dengan aba-aba, "Bakar dia!" dari Chloe menyemburkan lidah api yang melahap para hewan dan tumbuhan secara memutar.
Jerit dan raung bersahut-sahutan. Si Nymphae berteriak agar kami menghentikan semua ini, tetapi tentu saja tidak kami gubris. Satu per satu, binatang dan tanaman yang mengganggu terpecah menjadi butir keemasan dan hanya menyisakan si Nymphae yang berbentuk monster pohon dengan senjata ranting tajam, cambuk akar, dan pisau daun.
Mischa dengan sigap memerintahkan Lakshmi mengikat si monster dengan akar yang mencuat dari dalam tanah. Cambuk akar yang melecut-lecut dan ranting-ranting yang menusuk ke segala arah seketika terikat kuat. Bagai beringin raksasa yang sudah berumur ratusan tahun, si Nymphae menjulang dengan akar pohon yang membelit ke tanah seolah akan rubuh kapan saja, ditambah makhluk itu menjerit-jerit seperti tahanan yang terkurung minta bebas.
"Chrys!" panggilku agar anak itu bersiap dan hanya dijawab dengan anggukan. Aku sendiri memberi Arthur Excalibur lagi.
Chrys melempar Krishna yang berwarna biru dengan gada emas di tangannya. Makhluk digital itu mendarat di salah satu akar Lakshmi sampai akarnya bergoyang ke atas dan bawah, lalu melompat-lompat mendekati musuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avatar System: Brain Games
Science FictionMenjadi juara umum di kelas sepuluh sebelumnya, mengantarkan Arennga menjadi salah satu perwakilan untuk mengikuti Olimpiade Sains Persahabatan bersama dua sekolah lainnya dari negara yang berbeda. Bersama tiga rekan setim dan avatar mereka masing-m...