Sore itu setelah semua perkuliahan selesai. Di sebuah cafe dekat dengan Asterisk University. 4 orang laki laki sedang berkumpul untuk menyelesaikan tugas masing masing.
" Eh bentar. Ini ga ada yang liat Steve gitu? "
Devian memulai perbincangan setelah beberapa saat mereka sibuk dengan tugas masing masing.
" Lah iya yah. Seharian ini aku ga liat Steve dimana mana. Yang lain pada liat ga? " ( Robby )
Mereka ber empat menggeleng kompak.
" Kemana dah itu Steve? Sehari ga keliatan sama sekali. Biasa nya dia yang paling sering ngajak ke kantin " ( Aldo )
" Makanya tadi aku ngerasa ada yang aneh. Tapi apa. Ternyata Steve ga keliatan sama sekali. Efek tugas kuliah ini kaya nya " ( Devian )
Devian berinisiatif untuk menelpon Steve. Cukup lama sampai telpon nya diangkat oleh orang yang bersangkutan.
" Ha-halo Dev "
Suara nya terdengar pelan dan serak. Devian mengernyit bingung. Melihat respon Devian yang aneh, mereka bertanya melalui tatapan mata seolah bertanya " ada apa? ".
Devian memutuskan untuk me loud speaker panggilan telpon nya.
"Halo Steve. Kamu dimana? Kenapa tidak keliatan seharian ini? "
" Eum a-aku di apartemen... "
" Siapa? "
Mereka berempat terkejut mendengar suara lain yang ada di seberang telpon. Suara berat yang terdengar tidak asing.
" Oh kau mencoba menghubungi sahabat brengsek mu? "
" E-enggak... "
Terdengar suara Steve yang memekik di seberang sana. Mereka ber empat merasa ada yang tidak beres pada Steve.
Tak lama terdengar suara pukulan dan Steve yang meringis kesakitan setelah nya. Devian yang tidak terima refleks berteriak.
" Brengsek apa yang kau lakukan pada Steve "
" Sttss pelan kan suara mu. Saya tidak suka ada yang berbicara dengan nada tinggi pada saya "
Mereka kaget mendengar suara orang yang mereka kenali. Terdengar juga suara isakan Steve yang terdengar walaupun samar samar.
Sementara di seberang sana, Elvino merampas handphone milik Steve setelah sebelum nya memukul wajah Steve. Elvino mencengkram dagu Steve dan memberikan nya tatapan tajam.
Elvino tersenyum menyeringai. Didekat kan nya wajah nya dan Steve, kemudian melumat bibir Steve lembut. Steve yang terlalu kaget mendadak terdiam.
Elvino yang mengetahui itu menggigit bibir Steve keras hingga darah mengalir. Bibir Steve yang sudah membengkak akibat ulah Elvino kemarin malam, sekarang bertambah menjadi sobek.
Steve yang memekik tentu saja di dengar oleh 4 orang laki laki lain yang berada di seberang telepon. Elvino beralih ke leher putih milik Steve dan menyesap nya hingga meninggalkan bekas merah keunguan kedepan nya.
Steve lupa kalau sambungan telpon masih terhubung, refleks mengeluarkan suara desahan saat Elvino membuat tanda kepemilikan di leher nya.
Devian yang mendengar suara desahan Steve, terlihat mengepalkan tangan di bawah meja. Elvino menyudahi kegiatan nya dan tertawa kecil.
Membuat Steve sadar dan menutup mulut nya dengan kedua tangan karena tadi sudah mengeluarkan suara laknat. Elvino berdehem sebentar sebelum melanjutkan berbicara.
" Saya ingin memberi tahu kalau sahabat kalian sedang bersama dengan saya. Kalian tahu kan dengan pasti siapa saya. Ya. Elvino Sovereign. Kalian mau tahu apa yang terjadi? Steve sedang mendapatkan hukuman nya. Hukuman manis hahaha. Oh ya giliran kalian sebentar lagi. Tunggu saja. "
KAMU SEDANG MEMBACA
apakah aku boleh bahagia? (End)
RandomMerupakan kisah seorang laki laki dengan asam dan manis dalam menjalani kehidupan. Peringatan! • merupakan cerita boys love, bagi yang homophobic tolong di skip saja. • merupakan cerita dewasa, bagi yang dibawah umur bisa di skip saja ceritanya. K...