Part17. Bukti Rekaman Suara

18 3 0
                                    


"So what? Lebih baik Lo persiapkan diri untuk menerima kenyataan kalau besok mungkin Lo gak akan gabung lagi di sekolah kita."

"Oww, sakitnya ..." Aslan tertawa mengejek diikuti oleh Peter dan juga Kenzi.

"Lebih baik kalian keluar dari rumah Gue!" bentaknya.

"Selow dong! Gak punya niatan buatin kita minum apa?"

"Tau nih, Lo kira bikin anak buah Lo tepar gak butuh tenaga?" Timpal Peter sambil tertawa.

"Syut!" Erlangga meminta mereka diam lalu menghadap Dehan.

"Gue harap orang tua Lo gak syok setelah ini. Gue gak akan kasih tau, tapi kalau Lo mau kasih tau sendiri, apa boleh buat?"

"Bercanda aja Lo Er, kalau dia dikeluarkan dari sekolah 'kan otomatis orang tuanya tau lah." Kekeh Aslan.

"Nah bener," sambung Kenzi.

"Er, pulang yuk!" Potong Aline. Dirinya sudah sangat bosan berada disini. Ditambah lagi perutnya sudah lapar minta diisi.

"Sebentar! Ada hal yang harus Lo selesaikan."

Aline menatap Erlangga dengan heran.

"Apa?"

"Yaelah Lin, emang Lo gak mau putusin si Dehan apa? Kapan lagi coba?" sahut Reno.

Dehan semakin emosi mendengar ucapan Reno. Ia benar-benar naik darah sekarang. Matanya memerah dengan tangan terkepal menyiratkan kemarahan yang tidak terungkapkan.

"Gue gak akan biarin Aline lepas dari genggaman Gue, jadi jangan mimpi!" tegasnya.

"Lo gak punya hak atas Gue. Mulai sekarang kita putus, Gue sama Lo udah gak ada hubungan jadi jangan ganggu Gue lagi!"

Dehan tersenyum miring. "Tidak semudah itu. Lo hanya memutuskan secara sepihak, dan Gue gak setuju."

"Setuju atau gak, yang jelas Aline sudah memutuskan, dan Lo gak ada hak buat atur dia," jelas Erlangga.

"Lebih baik kita semua pulang!" ucapnya kemudian menggenggam tangan Aline erat.

Mereka berenam akhirnya keluar dari kamar Dehan meninggalkan pria itu dengan sejuta dendam yang tersirat jelas di wajahnya.

"Ini namanya penghinaan Erlangga Maheswara. Gue gak akan pernah melupakan ini semua."

***

Saat ini Erlangga, Aline, Aslan, Peter, Reno dan Kenzi dalam perjalanan pulang. Aline memeluk pinggang Erlangga dengan sangat erat. Baru beberapa hari tidak bersama pria itu membuat Aline sangat rindu. Sedangkan di balik helm full facenya, Erlangga hanya bisa tersenyum menanggapi perlakuan manis Aline yang juga sangat ia rindukan.

Tidak berapa lama, Erlangga mengarahkan teman-temannya untuk pulang terlebih dahulu selagi ia mengantarkan Aline pulang ke rumah dengan selamat.

Sampai di rumah Aline, Erlangga langsung melepaskan helm dari kepalanya lalu mencubit pipi gadis itu dengan gemas. Aline hanya tersenyum menatap wajah Erlangga lekat.

"Thanks ya, Gue berhutang sama Lo."

Erlangga dengan kesal menyentil kening Aline karena tidak suka dengan kata yang baru saja diucapkan.

"Lo kenapa sih," tanya Aline kesal.

"Lo yang kenapa? Berhutang, berhutang. Berhutang apa coba? Lo lakuin ini buat Gue, dan harusnya yang berhutang itu Gue. Oh ya, Gue juga udah terima pesan rekaman suara yang Lo kirim. Thanks, karena ini bisa jadi bukti kuat untuk memojokkan Dehan."

"Jadi pesan Gue sempat terkirim ya?"

Erlangga mengangguk.

"Gue pikir gak sempat. Soalnya Dehan sudah rusak ponsel Gue."

Sweet Couple (Erlangga Dan Aline)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang