"See? Aline masih peduli sama Gue. Harusnya Lo sadar diri!"
"Lo …"
"Erlangga cukup!" bentak Aline.
"Kenapa?"
"Berhenti ngikutin Gue!" Aline beralih pada Dehan. "Ayo!"
"Gue tau ini bukan Lo yang Gue kenal, Lin. Gue akan berjuang untuk bikin Lo balik kaya dulu lagi."
***
"Erlangga."
Erlangga yang akan mengenakan helmnya menoleh pada Aslan yang kini sedang berlari menghampirinya.
"Aduh, cape banget Gue. Lo mau pulang?"
"Iya."
"Singkat, padat dan tidak jelas. Lo kesambet apa jadi dingin begini?"
"Gue lagi malas ngomong. Udah ya, Gue mau pulang dulu."
"Eits bentar!" Aslan menahan motor Erlangga membuat pria itu mendengus kesal.
"Apalagi?"
"Entar sore kita nongkrong yuk!"
"Gue lagi males, Slan."
"Yaelah gak asik Lo. Lagian ini nongkrong bukan sembarang nongkrong, Bro. Gue sama anak-anak mau bahas masalah laptopnya bu Nanda sama Lo."
"Bukannya tadi kita sudah bahas itu ya? Kerjaan Gue bukan cuma itu saja, Slan."
"Er plis lah! Gue mau masalah ini cepat selesai. Dan Gue menghargai Lo sebagai ketua osis disini."
"Yaudah terserah Lo. Kabarin Gue aja!"
"Nah, gitu dong Bro." Aslan menepuk pundak Aslan sambil tersenyum senang.
"Nebeng ya," ucapnya sambil cengengesan.
"Motor Lo kemana?"
"Service."
"Yaudah naik!"
"Thanks, Bro. " Aslan langsung menaiki motor Erlangga.
"Eh by the way, Aline mana? Lo gak sama dia?" teriaknya di atas motor saat mereka sudah meninggalkan area sekolah.
"Dia sudah pulang duluan."
"Kok bisa? Kalian berantem?"
"Kayaknya sih gitu."
"Bukannya tiap hari juga kalian berantem ya?" sindirnya.
"Ini berantemnya beda."
"Beda gimana? Gak sampe salto 'kan?"
"Udah diem! Cerewet banget Lo kayak ibu kos an."
"Oh yaudah." Aslan memandang jalanan yang begitu ramai.
"Namanya juga kota, pasti hari-hari ramai terus. Untung gak macet," ocehnya berbicara sendiri, sedangkan Erlangga fokus menatap lurus kedepan.
***
Erlangga merebahkan tubuhnya sambil meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa sangat pegal. Andai saja dia bisa bertemu Aline dan mengajaknya bermain seperti biasa, pasti dirinya tidak akan se bosan ini.
Ia menatap jam dinding, sudah jam 2 lewat. Tiba-tiba ia teringat bahwa jam 3 ini ia harus menemui Aslan dan yang lain. Dengan langkah malas, ia mengambil handuk dan memutuskan untuk mandi.
Setelah bersiap-siap, Erlangga turun ke bawah menuju garasi. Matanya menatap sekilas pada sang ibu yang sedang duduk bersantai di ruang tamu.
"Erlangga keluar sebentar ya, Mah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Couple (Erlangga Dan Aline)
Novela JuvenilMenjalin persahabatan dengan sesama perempuan memang sangat mungkin. Namun apa jadinya jika yang bersahabat adalah laki-laki dan perempuan? Erlangga dan Aline, dua orang sahabat yang masing-masing memiliki prinsip untuk tidak pernah mencintai satu s...