Part5. Hilangnya Laptop Bu Nanda

44 8 0
                                    

                      

"Kamu tuh, makanya kalau punya mata lihat-lihat! Aline mana?"

"Masih di kamar Bu, gara-gara dia kepala Saya kejedot."

Ibu Aline manggut-manggut lalu menepuk bahu Erlangga. "Sabar!"

Usai berkata demikian, ibu Aline berlalu meninggalkan Erlangga yang masih sibuk mengurus jidatnya.

***

"Morning everyone," sapa Aline yang langsung menarik kursi di sebelah Erlangga.

"Wih, mahakarya baru nih, cetak dimana?" ejek Aline sambil menyentuh jidat Erlangga yang sedikit bengkak namun masih memerah.

"Sembarangan Lo kalau ngomong. Ini gara-gara Lo tau gak."

"Ups." Aline menutup mulutnya sambil tersenyum tipis.

"Ada yang kena karma nih," sindirnya membuat Erlangga mendengus kesal.

"Hmm, mulai terus! Bertengkar lagi, Mama kawinin kalian berdua."

"Oh no." Gino berteriak histeris. "Kawin, kawin," serunya dengan semangat 45.

"Kawin? Sama dia?" Aline memutar bola matanya dengan malas. "Ogah."

"Dih, Lo kira Gue agree? Tentu no." Sinis Erlangga tak mau kalah.

"Udah! Udah berantemnya?" Haryo membuka suara.

Sontak Aline dan Erlangga menelan ludah dengan kasar dan memilih untuk diam.

***

"Helm Gue?" Aline menadahkan tangannya tanpa menatap Erlangga yang sudah berada di atas motor.

"Nih." Erlangga menyodorkan helm pada Aline dengan malas. Aline menerima helm tersebut kasar dan mencoba untuk memakainya.

"Aduh, ini pake nyangkut lagi. Mau ngajak berantem Lo?" ocehnya pada helm yang sebenarnya tidak punya salah.

Erlangga menahan tawa dengan susah payah saat melihat Aline yang sedang sibuk bergelut dengan rambutnya. Sebagai seorang lelaki yang merasa perkasa dan berwibawa, Erlangga dengan gentle menarik Aline mendekat mencoba memasangkan helmnya.

"Ngapain sih, Lo?"

"Udah diam! Kalau gak bisa, gausah sok gak butuh bantuan. Sini helmya!"

"Ini juga, kepala Lo kekecilan, dasar sipit, " ocehnya berusaha memasang helm di kepala Aline.

"Sembarangan aja Lo, helm Lo yang kebesaran, bukan kepala Gue yang kekecilan. Mau Gue tabok Lo?"

"Uu takut," serunya dengan nada bencong.

"Buruan naik! Jangan bilang kaki Lo gak nyampe, dasar pendek."

"Menghina lagi, Gue sumpel mulut Lo pake kaos kaki."

"Iya maaf."

"Siapa yang naruh sandal legend Gue di atas pagar?" teriak Gino lantang, membuat Aline dan Erlangga langsung menoleh.

"Astaga, itu 'kan Gua." Batin Erlangga.

"L … Lin, buruan naik!"

"Iya sabar. Itu abang Gue kenapa ya?" tanyanya menatap Gino yang tengah berkacak pinggang menatap sandal legendnya di atas pagar.

"Ga tau, udah buruan!" desaknya tidak sabar.

Setelah memastikan Aline duduk dengan nyaman, Erlangga langsung menancap gas motornya hingga derunya terdengar begitu keras.

"Gino menatap kepergian Erlangga dan Aline dengan curiga. Tangannya bergerak melepaskan tali yang mengikat sandal legendnya dengan hati-hati.

"Jelek-jelek begini pemberian mantan Gue." Gino menarik nafas dengan mata terpejam geram.

Sweet Couple (Erlangga Dan Aline)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang