"Iya Kak, sekali lagi Saya minta maaf," ucapnya lalu meninggalkan Erlangga dan Aline.
"Lo gapapa?"
"Gapapa mata Lo. Gara-gara Lo nih."
"Kok Gue sih?"
"Ya terus siapa lagi Erlangga Maheswara? Mau nyalahin nyamuk yang berjoget?"
"Emang ada?"
"Ada di depan mata Lo." Usai mengatakan itu, Aline segera pergi menjauh dari Erlangga dengan kaki dihentak-hentakkan karena masih sangat kesal pada sahabat laknatnya itu.
"Woy sipit, tungguin Gue!"
"Lah, mulai lagi." Aline semakin mempercepat langkahnya menghindari kejaran Erlangga yang kini sudah hampir menyamai langkahnya.
"Lin, jangan marah dong!" Rengeknya menahan tangan Aline seakan tidak ingin melepaskannya.
"Lo kenapa sih? Ini udah malam, Gue mau pulang."
"Bentar lagi napa! Lagian langit malam ini tuh indah banget, Lo gak lihat?"
"Gak indah kalau gak sama ayang. Udah ayo pulang!" Rengeknya terus menarik tangan Erlangga.
"Dih, ga akan ada yang mau sama Lo."
"Sok tau Lo. Buktinya si Dehan tergila-gila sama Gue," ucapnya dengan sombong.
"Si Dehan mah beda, Lo berdua sama-sama gila, makanya cocok."
"Kurang ajar memang Lo." Aline memukul lengan Erlangga dan pria itu langsung menangkap tangan Aline kemudian menggendongnya menuju motornya di ujung parkiran.
"Turunin Gue woy, malu-maluin aja Lo," teriak Aline terus memberontak namun Erlangga malah acuh dan tidak menggubrisnya.
"Mak anakmu diculik sama serangga kaki dua," jeritnya hingga menarik perhatian beberapa orang disana.
"Anak muda jaman sekarang memang beda," ujar seorang kakek tua pada nenek tua di sampingnya.
"Kamu dulu juga begitu kok."
"Namanya juga romantis. Kamu masih mau kayak gitu?"
"Ingat umur! Kita itu sudah tua," ujarnya dengan suara sedikit melemah, namanya juga sudah tua.
"Gini amat jomblo," ujar seorang pemuda yang tengah duduk diatas motornya. Ia menatap Erlangga dan Aline di kejauhan, lalu menatap kakek-nenek yang duduk di hadapannya.
"Mereka yang udah tua aja masih mesra-mesra aja, sedangkan Gue?" lirihnya merenungi nasib.
***
"Anybody home?" teriak Erlangga menggelegar di rumah Aline. Pasalnya orang tua Aline memang sedang tidak berada disana, kecuali Gino.
"Ini rumah, bukan hutan," cerocos Gino dari sofa. Pria itu menatap Aline dan Erlangga dengan nyalang, lalu menatap layar ponselnya.
"Jam berapa ini?"
"Jam sembilan," jawab Erlangga santai. Aline yang berada di sebelahnya langsung menyenggol lengan pria itu agar dirinya diam.
"Lo berdua darimana? Pacaran?"
"What? Gue sama dia? Boyfriend and girlfriend? Nothing lah ya," ucap Aline dengan sinisnya.
Takk
"Sakit woy." Aline meringis mengelus jidatnya. Ia menggigit geraham nya dengan kesal karena Erlangga.
"Ringan tangan banget Lo."
"Woy diam!" teriak Gino menggelegar membuat Aline dan Erlangga menoleh bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Couple (Erlangga Dan Aline)
Ficção AdolescenteMenjalin persahabatan dengan sesama perempuan memang sangat mungkin. Namun apa jadinya jika yang bersahabat adalah laki-laki dan perempuan? Erlangga dan Aline, dua orang sahabat yang masing-masing memiliki prinsip untuk tidak pernah mencintai satu s...