Motor Dehan terparkir di garasi rumahnya. Ia menarik Aline turun dari motor namun Aline menolak dengan keras. Pasalnya gadis itu merasa bahwa Dehan tengah memiliki rencana busuk sehingga pria itu membawa dirinya ke rumahnya.
"Turun Aline!"
"Gue gak mau. Lo ngapain bawa Gue kesini?"
"Gue gak akan apa-apain Lo, sekarang turun!"
"Gak."
Dehan benar-benar habis kesabaran. Ia menggendong Aline seperti karung beras dan membawanya secara paksa masuk kedalam rumah. Disana hanya ada pembantu yang sudah paruh baya. Tanpa berkata sedikitpun, Dehan terus membawa Aline menaiki tangga menuju kamarnya.
Sedangkan Aline, gadis itu terus saja memberontak meminta dilepaskan. Namun Dehan sama sekali tidak menggubrisnya. Pria itu malah memasukkan Aline secara paksa ke dalam kamar dan menguncinya disana.
"Dia siapa, Mas Dehan?" tanya bu Salma yang merupakan pembantu di rumah Dehan.
"Pacar Saya. Papa sama mama masih diluar kota 'kan?"
"I … iya, Mas Dehan."
"Bagus. Jangan berani buka pintu ini! Dan satu lagi, jangan kasih tau orang tua Saya!"
"Tapi Mas, kenapa Mas Dehan mengurung pacar Mas Dehan disini? Memangnya ada apa?"
"Bukan urusan Bibi." Setelah mengatakan itu, Dehan pergi meninggalkan bu Salma serta Aline yang terus saja berteriak dari dalam kamar.
"Dehan keluarin Gue! Kurang ajar Lo."
"Maaf Non, ini Saya Bi Salma. Non bisa dengar Saya 'kan?"
"Bi Salma? Iya Bi, Saya dengar. Bi tolong buka pintunya, Bi!"
"Maaf Non, tapi Saya gak punya kuncinya."
Aline semakin dibuat panik setelah mendengar penjelasan bi Salma. Ia kalut sangat kalut. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kamar mencoba mencari celah yang bisa digunakan untuk keluar.
Ia menatap keluar jendela, hanya ada balkon. Beruntungnya pintu tidak terkunci, ia keluar menuju balkon tapi sayangnya dia berada di lantai dua, cukup tinggi jika ia harus melompat dari atas sini.
Ia kembali berlari menuju pintu untuk mencoba memanggil bi Salma.
"Bi, Bi Salma masih disana 'kan?"
"Iya Non, ada apa?"
"Dehan kemana, Bi?"
"Ada di ruang tengah, Non."
"Dehan …, keluarin Gue dari sini," jeritnya.
"Non, tenang! Saya takut mas Dehan marah," ucap bi Salma menenangkan.
"Gak bisa Bi, Saya gak akan diam kalau dia gak keluarin Saya. Dehan keluarin Gue!" teriaknya lagi sambil memukul-mukul pintu dengan keras.
"Percuma aja Non, mas Dehan orangnya keras kepala, dia gak akan mau buka."
Aline bertambah frustasi lantaran Dehan memang tampaknya tidak peduli dengan teriakannya.
"Benar kata bi Salma, buang-buang tenaga kalau Gue terus teriak kaya gini. Lebih baik Gue memikirkan cara lain." Gumannya.
"Ponsel. Gue 'kan punya ponsel." Tanpa pikir panjang, ia segera mencari kontak Erlangga dan langsung menghubunginya. Namun sayangnya nomor pria itu tidak aktif.
Aline tidak menyerah, ia lanjut mencari nomor seseorang yang bisa dihubungi namun nyatanya juga sama.
Aline memilih untuk mengirimkan pesan agar sewaktu-waktu pesannya bisa dilihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Couple (Erlangga Dan Aline)
Ficção AdolescenteMenjalin persahabatan dengan sesama perempuan memang sangat mungkin. Namun apa jadinya jika yang bersahabat adalah laki-laki dan perempuan? Erlangga dan Aline, dua orang sahabat yang masing-masing memiliki prinsip untuk tidak pernah mencintai satu s...