"Si Aline dari kecil emang cantik gitu ya. Matanya sipit, hidungnya gak mancung-mancung amat, kulit bersih, tubuh mungil."
Kenzi melihat Erlangga dengan seksama. "Cocok lah sama Lo."
"Sok tau Lo. Gue sama dia cuma sekedar sahabat."
"Pret. Gue jamin suatu saat kalian bakalan jodoh," kata Peter dengan yakin.
"Gaes bentar ya, Gue mau minum dulu." Pamit Peter berlalu dari dalam kamar.
"Bawain buat Gue juga," sahut Aslan.
"Oke. Lo berdua mau juga gak?"
"Gak deh, ga tau kalau si Erlan."
"Gue juga nggak."
Aslan meletakkan foto ke tempat semula. Ia berjalan menghampiri Erlangga lalu bersandar di pagar pembatas balkon. Ia menoleh ke bawah, disana terdapat banyak pohon serta tanaman hias milik mamanya Erlangga.
"View dari sini bagus juga. By the way kalau Gue lompat dari sini gimana ya?" Pertanyaan bodoh itu keluar begitu saja dari mulut Aslan, membuat dua temannya berdecak sinis.
"Kenapa gak Lo coba aja!" Usul Kenzi dengan santainya.
"Emangnya Lo ikhlas?"
"Tergantung. Kalau Lo dijamin selamat ya Gue oke oke aja."
"Gila Lo." Aslan menendang bokong Kenzi pelan membuat Erlangga hanya menatap keduanya dengan malas.
***
"Kurangnya apa Aku hingga kau tega khianati cintaku …" Peter bersenandung ria sambil menuangkan air putih ke dalam gelasnya. Sankin seriusnya, ia sampai tidak menyadari kalau Anita kini sudah berada di belakangnya dengan tatapan heran.
"Gue mah gini orangnya gak su …, eh astaga." Peter memegangi dadanya karena kaget melihat wajah Anita yang tengah menatapnya tanpa ekspresi.
"Kak Anita sejak kapan disitu?"
"Dari tadi sih. Ngapain sih Lo?"
"Dirimu gak lihat apa, Diriku lagi ngapain?" ucapnya sambil menyusun gelas beserta beberapa cemilan di atas nampan.
"Dirimu, diriku, baku banget bahasa Lo. Itu mau dibawa kemana?"
"Mau dibawa ke kamar. Kakak mau bantuin?"
"Ogah, Gue cuma nanya aja," cetusnya kemudian membuka kulkas.
"Yaudah kalau gak mau." Peter berlalu dari dapur sambil menenteng nampan di tangannya dengan hati-hati. Sedangkan Anita, ia hanya menghela nafas melihat kelakuan sahabat adiknya yang memang sudah biasa dihadapinya.
***
Keesokan harinya, beberapa anggota osis sudah berkumpul di ruang bk, tidak terkecuali dengan Reno, dan juga Aline. Mereka berdua dipanggil sebagai saksi terhadap perlakuan dari Dehan sebagai pelaku.
Di atas meja sudah terletak ponsel milik Erlangga yang berisi rekaman suara yang sebelumnya di rekam oleh Aline saat dirinya berbicara dengan Dehan di taman sekolah kemarin. Ya, Aline memang sangat cerdik.
Bu Nanda hanya geleng-geleng kepala mendengar rekaman berisi suara Dehan dan Aline.
Dehan hanya menunduk sangat menyayangkan tindakannya yang begitu ceroboh sampai tidak menyadari bahwa Aline sedang menjebaknya. Mungkin itulah yang dimaksud oleh kata-kata Erlangga kemarin.
"Bagaimana Dehan?"
Dehan tersentak mendengar suara bu Nanda. Kali ini dirinya benar-benar tidak punya pembelaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Couple (Erlangga Dan Aline)
Teen FictionMenjalin persahabatan dengan sesama perempuan memang sangat mungkin. Namun apa jadinya jika yang bersahabat adalah laki-laki dan perempuan? Erlangga dan Aline, dua orang sahabat yang masing-masing memiliki prinsip untuk tidak pernah mencintai satu s...