***
Saat ini kelas Erlangga sedang ricuh sericuh-ricuhnya. Semua siswa asik dengan urusannya masing-masing karena les terakhir semua guru mengadakan rapat.
Erlangga masih sibuk dengan bukunya sedangkan Aslan, Kenzi dan Peter sedang asik bermain ular tangga di sudut kelas.
Aslan kembali memasukkan permen tangkai ke dalam mulutnya saat ia yang mendapat giliran melemparkan dadu.
"Gue doain dapat tiga Lo, biar turun!" ujar Kenzi dengan hebohnya.
"Empat. Yes selamat."
Aslan dengan gembira menyentil telinga Kenzi hingga pria itu menjerit kesakitan.
"Ga Ada otak Lo. Sakit nih." Ocehnya mengelus telinganya yang sudah memerah.
"Woy diam!" bentak Erlangga karena merasa sangat terganggu dengan ulah mereka bertiga. Bukan cuma bertiga sih, tapi seisi kelas.
"Woy, bisa diam gak kalian?" teriak Erlangga lagi membuat semuanya melongo di tempat.
"Gue gak bisa fokus nih. Ngertiin dikit dong!" ucapnya dengan nada memelas.
"Belajar mulu Lo. Gak bosan?" sahut Kenzi.
"Bosan sih bosan Ken, tapi ini demi masa depan. Bentar lagi ujian loh."
Kenzi dan Peter saling tatap.
"Benar juga kata dia," seru Peter.
"Yaudah ayo belajar! Aslan memungut dadunya dan menyerahkannya pada Peter, kemudian berlari menghampiri Erlangga.
"Tunggu woy!" teriak Kenzi heboh.
"Ajarin Gue, Er!" ujar Aslan setelah menggeser kursi ke sebelah Erlangga.
"Woy, kalian juga belajar, jangan berisik!"
"Nah loh, bang Aslan mulai bertindak." Kekeh Kenzi.
"Lo juga!" ucapnya menatap Kenzi.
"I … iya nih Gue mau belajar. Iya 'kan, Pit?" tukasnya menyenggol lengan Peter.
"Ho oh."
***
"Erlangga dimana, Mah?"
"Di kamar lagi belajar."
Anita melirik tangga kamar Erlangga, kemudian menghampiri ibunya di sofa.
"Tumben."
"Sebentar lagi 'kan ujian. Gimana kerjaan Kamu?"
"Seperti biasa, Mah. Papa belum pulang?"
"Katanya sih ada acara sama rekan kerja. Apa sih namanya?" Maya mencoba mengingat-ingat.
"A … acara ulang tahun, iya itu."
"Oh. Kok mama gak ikut? Gak di ajak?" tanya Anita sambil terkekeh.
"Di ajak, mama aja yang gak mau. Lagi males."
"Oh."
Anita mengangguk teratur kemudian beranjak menuju kamarnya.
"Aku pulang."
"Ehem …"
Gino menolehkan kepalanya pada Aline yang sedang duduk sambil bersedekap dada di atas tangga. Hal itu tentu saja membuat Gino kebingungan, entah masalah apa lagi yang akan timbul sekarang.
"Baru pulang, Bang?"
"Iya nih, baru aja. Kamu kenapa? Cara lihatmu udah kaya menginterogasi maling."
Aline melangkah mengikis jarak dengan Gino. Matanya tampak menelisik ke seluruh tubuh pria itu dan beralih menatap matanya lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Couple (Erlangga Dan Aline)
Teen FictionMenjalin persahabatan dengan sesama perempuan memang sangat mungkin. Namun apa jadinya jika yang bersahabat adalah laki-laki dan perempuan? Erlangga dan Aline, dua orang sahabat yang masing-masing memiliki prinsip untuk tidak pernah mencintai satu s...