Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di depan rumah Aline yang tampak sederhana namun mewah.
"Makasih." Aline kemudian turun lalu membuka helmnya dan menyerahkannya kepada Erlangga.
Erlangga pun ikut turun lalu membuka helmnya. Ia meletakkannya di atas motor miliknya kemudian menarik tangan Aline.
"Ayo masuk, anggap saja rumah sendiri!" ujarnya dan langsung mendapat jitakan dari Aline.
"Ini 'kan emang rumah Gue, Lo ngapain ikut masuk?" teriaknya kepada Erlangga yang kini tengah mengelus jidatnya karena jitakan Aline yang cukup kuat.
"Kasar banget sih jadi cewe. Gue lapar, numpang makan ya? please!" ujarnya memelas.
"Ck, kebiasaan. Ya Udah masuk!"
"Thank you sipit." Setelah mengatakan itu, Erlangga langsung berlari memasuki rumah menghindari amukan Aline yang sebentar lagi akan meluap.
"Erlangga sialan," teriaknya geram kemudian berlari menyusul pria itu.
Brukk…
"Aww …" Erlangga meringis saat tubuhnya tidak sengaja menabrak tubuh pria yang tiba-tiba saja melintas. Ia mendongak dan mendapati Gino yang merupakan abang Aline tengah menatapnya datar.
"Ngapain sih, Lo?"
"Sakit nih, Bang." Bukannya menjawab, Erlangga justru malah mengomel pada Gino sambil mengelus tangan kanannya.
"Lebay. Gue aja gak ngerasa sakit tuh."
"Ya kali Bang. Badan Lo aja kekar begitu, mana ngerasain sakit kaya Gue," keluhnya dramatis.
"Bacot."
"Erlan …, sini Lo!" teriak Aline dengan nafas ngos-ngosan.
"Ini lagi bocah satu. Ngapain Lo?" tanyanya dengan tatapan penuh selidik.
"Eh, Abang." Aline hanya cengar-cengir menampakkan gigi putihnya hingga kedua matanya bertambah lebih sipit dari biasanya.
"Kalian baru pulang?"
"Abang lihat gimana? Udah tau baru nyampe, malah nanya lagi." Cibir Aline.
"Ini udah setengah tiga, dan kalian baru pulang?" Gio beralih menatap Erlangga. "Lo bawa adik Gue kemana?"
"Selow, Bang! Tadi Gue ada urusan mendadak, biasalah ketua osis," ucapnya bangga sambil memperbaiki kerah baju putihnya yang terkena keringat.
"Si paling osis," sindir Aline.
"Diam Lo sipit!"
Aline langsung mengarahkan kepalan tangannya pada Erlangga hendak memukul pria itu, namun ia tahan karena mendapat tatapan dari Gino.
"Yaudah sana makan! Eits, jangan lupa cuci tangan! Kali aja Lo berdua habis ngupil." Sinisnya.
"Bacot Lo, Bang. Bukannya itu kebiasaan Lo ya?" sindir Aline.
"Dasar minim akhlak." Gino mengumpat dengan emosi.
Di dapur, Erlangga dan Aline berebut wastafel untuk mencuci tangan. Erlangga yang lebih dulu sampai langsung mencuci tangannya sambil menghalangi Aline dengan tubuhnya yang juga ingin mencuci tangan.
"Geser dikit dong!"
"Bentar, Gue dulu."
"Ah lama." Aline akhirnya memilih mengalah. Ia bersedekap dada dengan wajah masam menunggu Erlangga selesai.
"Gue duluan." Erlangga tersenyum penuh kemenangan lalu beranjak menuju meja makan.
"Eh, Erlan mau makan disini ya?" tanya Vina, ibu Aline.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Couple (Erlangga Dan Aline)
Novela JuvenilMenjalin persahabatan dengan sesama perempuan memang sangat mungkin. Namun apa jadinya jika yang bersahabat adalah laki-laki dan perempuan? Erlangga dan Aline, dua orang sahabat yang masing-masing memiliki prinsip untuk tidak pernah mencintai satu s...