"Eh ada Aline. Lo habis dari mana?" tanya Siska dengan tatapan sinisnya.
"Astaga si mak lampir, males banget Gue ketemu dia disini." Monolognya. Aline merasa jengah melihat wanita dihadapannya. Ingin rasanya ia merobek mulut ember Siska yang selalu saja mencari gara-gara.
"Woy, kok diam aja, bisu Lo?"
"Bukan urusan Lo. Urus aja diri Lo sendiri! Ga Usah sok ingin tahu urusan orang!"
Setelah mengatakan itu, Aline bergegas melewati Siska namun perempuan itu tampaknya belum puas mencari keributan.
"Kayaknya ada yang sakit hati nih," Sindir nya hingga membuat langkah Aline terhenti.
Aline membalikkan badan menatap Siska dengan geram.
"Lo punya masalah apa sih sama Gue? Apa Lo kurang perhatian makanya selalu gangguin Gue? Lo mau Gue perhatiin, hah?"
"Maksud Lo apa?" Siska merasa tidak terima dan langsung mendorong tubuh Aline hingga paper bag di tangannya jatuh membuat buku di dalamnya berserakan.
Mata Siska teralih pada judul novel milik Aline. Ia bersedekap dada kemudian tersenyum miring.
"Novel? Tentang sahabat?"
Aline langsung tersadar dan segera memasukkan kembali novelnya. Ia menatap Siska dengan tajam.
"Stop gangguin Gue! Gue gak tertarik berurusan sama Lo."
"Kenapa? Ups, kayaknya Lo beneran sakit hati deh setelah lihat aksi Gue sama Erlangga waktu itu. Apa Lo masih belum terima? Sadar Lin, Erlangga cuma anggap Lo sebagai sahabat. Jangan pernah berharap kisah Lo bakalan sama dengan novel yang baru Lo beli itu," ucapnya dengan sinis.
"Gue mau baca apapun itu bukan urusan Lo. Terserah Gue mau berharap apa, yang penting Gue gak kaya Lo yang rela merendahkan harga dirinya demi mendapatkan perhatian cowok yang dia mau."
Aline mendekatkan tubuhnya pada Siska lalu berbisik, "Berapapun cowok bisa Gue dapetin kalau Gue pake cara sampah yang Lo pake, Bitch," ucapnya dengan menekan akhir katanya.
Darah siska langsung mendidih mendengar ucapan yang keluar dari mulut Aline. Ia menatap Aline tajam, dan langsung mencekal tangan Aline kuat.
"Jangan pernah main-main sama Gue!" Ancamnya tidak terima.
"Kenapa? Lo gak terima? Bukannya omongan Gue barusan ga ada yang salah ya? Atau emang Lo tersinggung karena ucapan Gue tepat sasaran?"
"Jaga mulut Lo. Lo yang jalang, bukan Gue. Lo setiap hari nempel sama Erlangga, bahkan sama teman-temannya," sergahnya.
"Gue nempel sama Erlangga?" Aline tersenyum tipis.
"Emang iya. Erlangga sahabat Gue, tapi Gue tau jaga diri. Gue gak pernah tuh asal main nyosor sama Erlangga atau lakuin hal-hal bodoh. Karena apa? Karena Gue masih waras dan punya harga diri. Sedangkan Lo? Semua orang di sekolah juga tau siapa Lo. Lo itu cuma cewek yang kurang kasih sayang, suka cari perhatian, sama tukang bully. Biar apa coba? Biar Lo dianggap hebat? Biar Lo dianggap paling ditakuti? Bangga Lo kaya gitu?" Aline tersenyum remeh.
"Tindakan Lo sampah, cuih." Aline meludah kemudian melewati Siska sambil menyenggol bahunya dengan keras, membuat Siska merasa kesakitan.
"Kurang ajar Lo. Lo pikir Gue bakalan diam aja? Tunggu pembalasan Gue!" teriaknya.
Aline menoleh sekilas lalu mengarahkan jari tengahnya sambil tersenyum remeh pada Siska.
"Shut up, Bitch!"
Siska meremas rambutnya frustasi. Emosinya sedang dalam tingkat tinggi. Pikirannya terus saja teringat perkataan Aline yang menganggapnya sebagai jalang. Ia menatap kepergian Aline dengan mata memanas. Tidak lama, tubuh Aline menghilang di balik keramaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Couple (Erlangga Dan Aline)
Teen FictionMenjalin persahabatan dengan sesama perempuan memang sangat mungkin. Namun apa jadinya jika yang bersahabat adalah laki-laki dan perempuan? Erlangga dan Aline, dua orang sahabat yang masing-masing memiliki prinsip untuk tidak pernah mencintai satu s...