"Emang si Aline datang kesini?"
Erlangga mengangguk pelan.
"Tadi pagi. Tapi Gue malah marah-marah dan mengusir dia."
"Sama kaya kami tadi?"
Lagi dan lagi, Erlangga hanya bisa mengangguk menyesali kebodohannya.
"Gue tau Lo sibuk belajar, Er. Semua orang juga sibuk, tapi harusnya Lo gak lupa sama sahabat Lo sendiri, apalagi marahin dia. Lo kira dia juga gak belajar? Gue lihat muka pucat Aline tadi."
"Maksud Lo?"
"Mana Gue tau. Yang jelas waktu di taman tadi, wajahnya pucat."
"Minggir!"
Erlangga langsung berlari menerobos Aslan dan Peter dengan perasaan kalut. Pikirannya sekarang dipenuhi oleh Aline. Tidak bisa, ia harus segera menemui gadis itu dan segera meminta maaf.
Ia terus berlari menuju kelas Aline tanpa peduli kalau sekarang adalah jam belajar.
Sampai di kelas, Erlangga mengedarkan pandangannya ke seluruh bagian kelas yang kebetulan disana tidak ada guru. Namun orang yang di cari tidak ada disana.
"Aline mana?"
Diam, seisi jelas diam membuat Erlangga tambah panik.
"Lo semua punya mulut gak? Aline dimana Gue tanya?" bentaknya dengan tidak sabaran.
"Aline di UKS, tadi dia pingsan pas masuk kelas, terus di bawa Reno," jelas Cerry.
"Pi … pingsan?"
Tanpa ba bi bu lagi, ia langsung berlari menuju UKS, perasaannya semakin lama semakin tidak karuan. Engah apa yang terjadi pada Aline sekarang.
Pintu UKS terbuka dengan kasar membuat orang yang berada di dalamnya terlonjak kaget dan langsung menatap Erlangga.
"Aline dimana?"
"Aline udah pulang," jawap petugas PMR, membuat Erlangga mengerutkan keningnya.
"Pulang?"
"Tadi Aline demam tinggi, dan Kamu menyuruh Reno untuk mengantarkan nya pulang ke rumah."
Tanpa berkata apa-apa lagi Erlangga langsung keluar dari ruang UKS dan tujuannya sekarang adalah mengambil motornya di parkiran untuk pergi ke rumah Aline.
Ia menaiki motornya tapi sebelum itu, ia mengirim pesan kepada Aslan agar mengijinkannya pada guru dan membawa tas nya saat pulang sekolah.
"Aline," panggil Vina lembut.
"Kalau Erlangga datang, jangan biarin dia masuk ya, Mah!" ucapnya dengan suara melemah.
"Kenapa, Nak? Kamu berantem sama dia?"
Aline menggeleng.
"Gak kok. Intinya Aku cuma bilang itu sama Mama. Mama mau 'kan?"
Vina hanya bisa mengangguk. Tangannya bergerak mengganti kompres Aline.
"Masih tetap panas, Nak. Ini pasti karena hujan semalam. Mama 'kan udah bilang, Kamu jangan sekolah dulu!"
Aline diam, memang benar kata ibunya. Seharusnya ia tidak sekolah tadi, pasti ia tidak akan menelan pahitnya kenyataan yang Erlangga berikan.
"Yaudah, Kamu istirahat dulu! Mama keluar dulu ya, Nak."
"Iya, Mah."
Dalam keadaan sakit pun, Aline masih bisa memberikan senyumnya. Hal itu ia lakukan agar orang-orang disekitarnya tidak merasa khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Couple (Erlangga Dan Aline)
Novela JuvenilMenjalin persahabatan dengan sesama perempuan memang sangat mungkin. Namun apa jadinya jika yang bersahabat adalah laki-laki dan perempuan? Erlangga dan Aline, dua orang sahabat yang masing-masing memiliki prinsip untuk tidak pernah mencintai satu s...