"Gara-gara Lo sih.""Kok Gue?"
"Tau ah. Ayo pulang!"
Erlangga hanya bisa diam dan pasrah saat Aline malah menyalahkan dirinya, walaupun memang dirinya yang salah sih.
Tangan Aline perlahan terulur memeluk pinggang Erlangga, hal itu tentu saja saat yang sangat Erlangga tunggu-tunggu. Ia begitu senang karena tak perlu mengingatkan lagi.
Namun saat baru keluar dari gerbang sekolah, air hujan perlahan mulai turun lagi meski hanya gerimis namun semakin lama bisa membuat tubuh keduanya basah.
"Pakai topinya," titah Erlangga dan Aline hanya menurut.
Setelah dirasa selesai, Erlangga kemudian melajukan motornya di atas kecepatan rata-rata. Hal itu ia lakukan agar mereka tidak semakin lama di perjalanan yang membuat mereka semakin basah.
Beberapa menit kemudian keduanya akhirnya sampai di rumah Aline. Gadis itu turun dari motor Erlangga dan mulai melepaskan jaketnya.
"Nih," ucapnya seraya menyerahkan jaket milik Erlangga.
"Pegang aja dulu!"
"Di luar masih gerimis, Er."
"Gue udah basah, sekalian aja main hujan-hujanan. Lo cuci yang bersih, kasih parfum Lo yang banyak, biar Gue bisa peluk tiap malam," ujarnya sambil terkekeh.
"Enak banget Lo."
"Gue gak mau tau."
"Yaudah terserah Lo. Sana pulang!"
"Yaudah Gue pulang dulu. Lo langsung mandi! Hujan tadi gak baik untuk tubuh, bisa-bisa Lo malah demam."
"Iya bawel. Sana pulang!"
"Bye, Aline sayang," pamitnya mengacak rambut Aline.
"Cuih."
"Bibir Lo biasa aja! Mau Gue …"
"Buruan pulang!" teriak Aline memotong ucapan unfaedah Erlangga.
Erlangga hanya tersenyum tipis kemudian melajukan motornya meninggalkan rumah Aline.
"Pulang sama siapa, Lin?" tanya Gino saat melihat Aline yang baru memasuki rumah.
"Erlangga, Bang. Abang gak kerja?"
"Abang baru saja pulang dari kantor. Tiba-tiba Abang gak enak badan," jelasnya. Aline hanya manggut-manggut.
"Abang udah minum obat?"
"Udah tadi, di kasih mamah."
"Oh. Aku ke kamar dulu," pamitnya beranjak menuju kamar.
Selesai berganti pakaian, Aline langsung bergegas menuju dapur untuk mengisi perutnya yang sudah mulai lapar. Disana ia melihat Vina yang sedang sibuk bergelut dengan adonan di meja.
"Hai, Mah," sapa Aline duduk di dekat Vina.
"Hai, Lin. Baru pulang?"
"Iya, Mah. Mama buat apa?"
"Lagi buat brownies. Abang Kamu katanya pengen."
"Oh. Mau Aku bantu gak?"
Vina menggeleng cepat. "Ga usah, Nak. Bentar lagi juga mau Mama masukin ke oven. Kamu makan aja sana!"
"Yaudah deh. Eh, Mah …?"
"Apa, Lin?"
"Mama buat browniesnya yang banyak ya!" Ujarnya membuat Vina mengerutkan kening.
"Buat apa?"
"Buat Erlangga. Aku udah lama gak ke rumahnya," jawab Aline jujut.
"Oh gitu? Yaudah boleh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Couple (Erlangga Dan Aline)
Teen FictionMenjalin persahabatan dengan sesama perempuan memang sangat mungkin. Namun apa jadinya jika yang bersahabat adalah laki-laki dan perempuan? Erlangga dan Aline, dua orang sahabat yang masing-masing memiliki prinsip untuk tidak pernah mencintai satu s...