44. HELPLESSNESS

6.3K 609 44
                                    

44. Ketidakberdayaan

Agno menoleh ketika seseorang duduk disebelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Agno menoleh ketika seseorang duduk disebelahnya.

Menaikkan alisnya ketika perempuan itu tersenyum padanya.

"Bunda baru saja membuat minuman herbal. Ini minumlah!" kata Gita dengan berharap.

Agno hanya menggeleng, netranya kembali bergulir untuk memastikan wilayahnya aman.

Dengan sedih Gita kembali mendekatkan cangkir itu pada tubuhnya.

"Kau terlihat lelah Pangeran?"

Agno menatap Gita dengan tajam, "Pergilah jangan gangu aku!"

"Mengganggu? Tapi aku ini istrimu!"

Untuk pertama kalinya Gita berani mengatakan itu. Agno tersenyum miring.

"Itu adalah kesalahan terbesarku!"

"Kau dulu pernah berjanji menjagaku!" Teriak Gita dengan berkaca-kaca.

Agno menghela napas, menenangkan pikirannya dan kembali menatap Gita. Tangannya terangkat untuk mengusap rambut perempuan itu, menatap mata cantik didepannya.

«««««

Bele merasakan aneh pada badannya. Tangannya beberapa kali mengusap lehernya karena rasa dingin.

Dari semalam tubuhnya terasa panas, sesuatu dalam dirinya seperti membuat lemas. Malam hampir tiba kembali dan Bele masih terduduk lemas di ruangan ini.

"Ada yang aneh! Kenapa akutidak bisa mengendalikan tubuhku?"

Rasa sakit menjalar ditubuhnya. Pandangan Bele tidak bisa fokus. Dia mengatur napasnya agar membaik, namun tubuhnya menolak. Dadanya berdenyut sakit.

Ketika Bele menutup matanya dan kembali terbuka. Dengan warna bola mata yang berbeda. Seseorang mengambil alih tubuhnya.

Netra emas yang menyala itu melihat sekeliling nya. Bibirnya tersenyum miring. Dia kembali menutup mata, menikmati kebebasan yang telah lama ia nantikan.

«««««

"Besok! Besok adalah harinya. Aku tidak takut apapun. Namun, entahlah ada yang mengganjal." Agno menjeda perkataannya, menatap sang Ibunda yang berada diseberang tempatnya.

"Aku mengkhawatirkan mu!" ucapnya datar dan penuh keseriusan. Luna Alishas tersenyum.

"Apa yang kau khawatirkan Putraku? Jangan karena aku sudah tua kau bisa menilai bundamu ini tidak bisa menjaga diri sendiri!" balas Luna Alishas menenangkan hati Agno yang gelisah.

Tetapi itu tidak bisa membuat hatinya tenang, melihat itu Luna Alishas mengatakan perkataan yang membuat Agno memikirkan sesuatu yang mencurigakan.

"Bele juga pasti baik-baik saja. Dia bukan wolf lemah. Percaya pada bundamu!"

ALPHA'S DESTINY [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang