√𝙐𝙋𝘿𝘼𝙏𝙀 𝙅𝙐𝙈𝘼𝙏
Bintang di langit tidak bisa bersinar sendiri di angkasa sana, mereka butuh bintang lain untuk menyinari langit malam.
𝚁𝚎𝚗𝚒𝚝𝚊 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚝𝚊𝚑𝚞 𝚔𝚊𝚕𝚊𝚞 𝚍𝚒𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚒𝚕𝚒𝚔𝚒 𝚖𝚊𝚜𝚊 𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚐𝚒𝚝...
Renita turun dari kereta kuda. Kedua penjaga yang melihatnya segera berbondong-bondong membantu gadis itu turun, cara mereka memperlakukannya sangat berbeda dengan pihak Julia tadinya.
"Bagaimana jalan-jalan anda, Nona?" Tanya salah seorang penjaga dengan senyum ramah.
Renita terkekeh sebentar karena sikap mereka yang sedikit lucu baginya. "Sangat menyenangkan, Jim."
"Anda membeli banyak barang?" Tanya Jim saat melihat bagian dalam kereta.
"Ah..hanya beberapa manisan dari kota. Nanti akan dibagikan untuk semua orang."
"Anda baik sekali, Nona." Ujar Jim lagi.
Renita masuk ke dalam mansion dan langsung di sambut oleh para pelayan. Raimos juga baru saja datang setelah menerima kabar bahwa gadis itu sudah kembali. Wajahnya terlihat pucat dan panik di waktu yang bersamaan.
"Darimana saja anda, Nona?" Tanya Raimos panik.
Novia maju ke depan melindungi nonanya. "Tolong jangan kasar pada Nona saya, kami hanya dari jalan-jalan saja di ibu kota, Kepala."
"Novia! Kamu jangan berkata begitu pada Raimos!" Tegur Renita dan menarik gadis pelayannya itu. Renita mendekati pria baya itu.
Raimos mendesah dan akhirnya tidak marah lagi. "Tolong sampaikan pada saya lain kali jika anda ingin pergi, Tuan akan sangat khawatir jika sampai terjadi sesuatu pada anda." Ucapnya.
"Maafkan aku yah..lain kali aku akan pamit lebih dulu." Ujar gadis itu dengan senyum tipis.
"Saya juga minta maaf sudah bersikap kasar pada anda."
"Iya. Raimos bisakah aku meminta tolong padamu?"
"Katakan saja, Nona."
"Ada seorang wanita bernama Eve dan putrinya bernama Angel yang tinggal di sebuah desa dekat gunung di sebelah selatan." Ucap Renita.
"Saya mengerti. Anda bisa langsung beristirahat dari perjalanan anda." Jawab Raimos dan pergi dari sana.
••
Gunung bersalju yang tidak pernah sekalipun terkena cahaya matahari. Tempat ini menjadi sangat berbahaya dan juga lokasi bagus untuk merampok orang yang lewat karena tempatnya terpencil. Beberapa pria bersembunyi di balik batu yang di tutupi salju, mereka menatap ke arah rombongan yang melewati jalan setapak. Mata mereka tertuju pada kereta kuda yang terlihat mewah dan para perampok itu berpikir bahwa di dalam sana ada banyak emas atau seorang bangsawan kaya yang mereka bisa jadikan sandera.
"Serang!!" Teriak pemimpin perampok itu yang di susul oleh seruan semua bawahannya yang mengangkat senjata mereka dan menerjang ke bawah rombongan itu.
Slash!
Sebuah kilatan perak muncul dan semua kepala perampok langsung putus dari badan mereka. Orang yang mengayunkan pedangnya perlahan menarik pedangnya kembali ke dalam sarungnya.
"Anda seharusnya tidak langsung membantai mereka semua, Duke." Ujar Samuel yang menatap pemandangan di depannya dengan merinding.
Duke Riyan tidak mengubah ekspresi dingin di wajahnya. "Tidak ada yang bisa menghentikan ku bertemu putriku!"
Samuel hanya bisa mendesah dan melihat mayat-mayat di depannya yang entah sudah berapa kali selama perjalanan mereka, Duke membantai semua orang yang mencoba melakukan hal buruk pada mereka. Samuel melihat ke depan dan dia sudah melihat beberapa bangunan yang terlihat kecil, dia memperkirakan bahwa hanya beberapa hari lagi mereka akan sampai ke sana.
"Semoga saja tidak ada korban lagi." Gumamnya lesuh dan menarik kudanya untuk kembali berjalan.
Duke Riyan fokus ke depan. Tetapi pikirannya selalu tertuju pada keadaan Putrinya saat ini. Jika sampai putrinya mendapatkan perlakuan buruk, dia tidak akan segan-segan menghancurkan semua hal yang ada di depannya.
"Tunggu aku, Nak."
Bersambung....
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.