5 Bulan Kemudian, Ruangan Kerja Duke Rodriguez.
Sosok gadis berambut perak panjang dengan sepasang mata biru kristal yang berkilau bagaikan permata. Di depannya meja berisi tumpukan laporan yang harus dikerjakan olehnya.
"Nona muda."
Samuel masuk dengan membawa beberapa kertas laporan lagi. Melihat bahwa gadis itu terlihat sangat serius memeriksa laporan keuangan, dia hanya bisa memarahi sang Duke yang entah sengaja atau tidak selalu memberikan pekerjaan baru yang penting maupun yang tidak penting sama sekali untuk dikerjakan oleh gadis itu.
"Paman." Greta menatap pria itu dan tersenyum ramah ke arahnya lalu kembali memeriksa laporan di tangannya.
"Hari ini anda bekerja keras lagi. Saya membawa undangan dari pihak Istana tentang Pesta Perayaan pernikahan putra mahkota dan putri mahkota."
"Keluarga Kerajaan?" Greta mengambil undangan itu dan memeriksanya dengan teliti. "Ternyata sudah 5 bulan saja." Ujarnya dan menyandarkan punggungnya ke kursi yang terasa nyaman.
"Anda harus istirahat dulu." Kata Samuel dan memberikan gadis itu secangkir teh.
"Um..setelah ini aku akan pergi mengunjungi Papa. Dimana dia?" Tanyanya.
"Duke ada di arena latihan para Kesatria."
"Seperti biasanya." Gumam Greta dan meminum tehnya kembali.
"Beberapa hari ini para Bangsawan mulai berdatangan mengirim undangan ajakan pada anda, Nona muda."
"Masa sih?"
"Iya. Duke membakar seluruh undangan itu setelah dia tahu bahwa undangan itu untuk menjadi Partner pesta nanti."
"Papa seperti biasa terlalu kekanak-kanakan."
"Tapi pasti anda juga membakarnya kan kalau tahu isi undangan itu." Ujar Samuel saat mengingat salah satu undangan dari seorang Count muda untuk nona menjadi pendamping dansanya.
"Um..mereka terlalu jelek." Ujar Greta terang-terangan. "Ada balasan dari Wilayah Utara?"
"Ada. Suratnya saya pisahkan karena nantinya Duke akan membakarnya jika tahu siapa pengirimnya." Ujar Samuel dan memberikan undangan berwarna hitam pada gadis itu.
Greta tertawa dan membuka surat itu segera saat dia membacanya pipinya segera memerah.
{Untuk Mutiaraku, Hari-hari disini sangat membosankan tanpa kamu, Sayang. Apa ayah mertua masih membakar semua suratku? Aku tahu itu. Aku mendapatkan undangan pesta di istana. Kamu akan menjadi pasanganku, kan. Jika sampai aku tahu ada pria yang mencoba menculik mu dariku, akan ku bakar wilayahnya dan dihilangkan dia dari muka bumi ini. Greta hanya bisa menjadi milikku. Mungkin saat kamu menerima surat ini sudah seminggu berlalu dan aku sudah hampir sampai ke sana. Kita akan bertemu di istana. Aku menantikan pertemuan kita, Sayang.}
Samuel yang melihat wajah gadis itu seakan sudah paham dengan isi surat tersebut tanpa membacanya. "Saya akan menyimpan surat anda di kotak khusus seperti biasanya."
"Terima kasih, Paman." Greta menyerahkan surat itu dan bersandar sambil memejamkan matanya karena kelelahan. "Bagaimana dengan gaun yang akan ku pakai?"
"Pelayan sudah menyiapkan gaun anda di dalam kamar anda, Nona."
"Pesta akan di adakan besok malam, kan."
"Benar, Nona muda."
"Paman bisa istirahat lagi. Aku akan pergi ke Papa dulu karena nantinya telat sedikit dia akan membuat kehebohan lagi seperti biasanya."
"Saya kadang berpikir siapa diantara kalian yang anak dan orang tua sebenarnya. Duke sangat kekanakan sedangkan anda terlalu dewasa."
"Bukankah itu bagus?"
"Bagus tetapi juga aneh. Anda seperti seseorang yang sudah lama hidup padahal usia anda masih sangat muda."
DEG!
••
Lapangan Latihan.
"Angkat Senjata kalian dengan percaya diri! Kesalahan kecil akan mempertaruhkan nyawa kalian saat di Medan perang!"
Para Kesatria yang beberapa bulan ini menerima pelajaran dari Duke Rodriguez sendiri mulai tersiksa mental dan fisik mereka karena Duke lebih keras melatih mereka dari pada Kapten Pasukan sendiri.
"Kalian yang disana! Berhenti mengobrol dan angkat senjata kalian! Nyawa Putriku di pertaruhkan di tangan kalian!" Seru Sang Duke yang mengarahkan ujung pedangnya pada para prajurit yang terkapar di tanah.
"Si-Siap Duke!!" Seru mereka yang buru-buru bangun dan mengambil pedang mereka di tanah.
Slash!
Slash!
Slash!
Suara ayunan pedang bergema di arena latihan. Duke menatap kegiatan para kesatria Rodriguez dengan intens. Dia akan melatih mereka semua untuk menjaga Putrinya saat berkunjung keluar dengan aman tanpa rasa khawatir.
'Hari ini putriku memakai gaun indah lagi..ah~~ manisnya!!'
'Apa aku belikan Kue tart lagi di toko itu yah? Akhir-akhir Putriku pasti kelelahan."
'Bagusnya kamu memakai pakaian yang sama lagi? Cocoknya di hari yang cerah ini warna emas atau biru lebih manis untuk putriku..'
'Putriku yang paling menggemaskan!!'
Duke yang memikirkan putrinya itu tanpa dia sadari bahwa dia tersenyum-senyum seperti orang gila. Orang-orang yang melihatnya saling menatap satu sama lain dengan sikap aneh Duke yang pasti dengan mudah di tebak bahwa beliau sedang memikirkan Nona muda Greta.
Beberapa bulan ini sudah di ketahui oleh semua orang bahwa Nona muda telah mengambil alih sepenuhnya dan telah diberikan seluruh kewenangan untuk mengendalikan seluruh kediaman Rodriguez atas Izin Duke sendiri.
"Papa~~" Seruan manis tiba-tiba muncul dari arah pintu gerbang.
Sesaat semua orang menghentikan aktifitas mereka yang secara kompak melihat ke arah pintu masuk. Sosok cantik dengan balutan gaun kuning dengan motif bunga matahari.
Wajahnya di bawa cahaya matahari terlihat sangat cantik dengan hiasan mahkota bunga di kepalanya menambahkan keagungan yang dimiliki oleh gadis itu.
"Putriku~" Duke langsung melemparkan pedang di tangannya karena takut akan melukai putrinya tanpa dia sadari. Dia berlari ke arah Greta dan langsung memeluknya. "Hari ini Putriku sangat cantik!"
"Papa...tolong hentikan itu~" Greta menutupi wajahnya karena memerah padahal saat ini sedang musim dingin.
"Ahh~~ manisnya!!" Duke mengusek-ngusek pipinya di atas rambut gadis itu karena terlalu menggemaskan.
Greta hanya bisa mendesah pasrah membiarkan ayahnya bersikap manja padanya. Menjadi tontonan semua orang seperti sudah biasa baginya karena Duke tidak akan peduli pandangan orang lain dan kata-katanya selalu sama.
"KELUARGA RODRIGUEZ TIDAK PERNAH PEDULI DENGAN PERKATAAN ORANG LAIN."
Greta menarik lengan Duke ke arah tempat duduk di arena itu. Dia mengeluarkan batu sihir yang mampu mengeluarkan energi panas yang dia taruh di telapak tangan Duke Riyan.
"Tidak Greta, harusnya kamu saja yang memakainya. Papa tidak akan merasa kedinginan di cuaca seperti ini." Duke ingin menyerahkan kembali batu sihir itu tetapi langsung di tahan oleh Greta.
"Papa harus selalu sehat karena hanya Papa yang bisa menjagaku. Jangan sakit dan jangan meremehkan sebuah penyakit." Kata Greta.
"Papa itu sangat kuat loh~~" kata Duke sambil menggenggam tangan putrinya.
"Sekuat apapun papa pasti ada keadaan dimana Papa tidak bisa berbuat apa-apa kan."
Bersambung..
![](https://img.wattpad.com/cover/316506144-288-k200147.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PEARL OR RODRIGUEZ 2
Fantasy√𝙐𝙋𝘿𝘼𝙏𝙀 𝙅𝙐𝙈𝘼𝙏 Bintang di langit tidak bisa bersinar sendiri di angkasa sana, mereka butuh bintang lain untuk menyinari langit malam. 𝚁𝚎𝚗𝚒𝚝𝚊 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚝𝚊𝚑𝚞 𝚔𝚊𝚕𝚊𝚞 𝚍𝚒𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚒𝚕𝚒𝚔𝚒 𝚖𝚊𝚜𝚊 𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚐𝚒𝚝...