Terusik

426 74 32
                                    

Sedari tadi, tidurnya terusik. Segala posisi tidur sudah ia coba untuk membantunya terlelap, namun tidak bisa. Matanya masih terjaga, kesadarannya masih dengan penuh hinggap di dalam kepala.

Kini dia terlentang dengan bantal menutupi wajahnya. Namun kemudian ia singkap untuk menatap langit-langit kamarnya yang berupa plafon putih itu.

Kejadian hari ini benar-benar tak mau hilang dari bawah kepalanya. Pikirannya terus terlempar ke ruang rawat klinik. Otaknya masih terus menanyakan kabar yang tak bisa ia sampaikan langsung ke sang puan atau ke siapapun yang menjaga gadis itu. Dia bingung ingin bertanya kepada siapa untuk mengetahui kondisi terkini Chika.

Chika, nama perempuan yang terus berputar di rongga kepalanya. Perempuan yang ingin sekali ia ketahui kabarnya saat ini juga.

Setelah hadirnya laki-laki tadi, ia pamit dengan setengah hati. Ia pamit karena ia sadar, lagi-lagi dia orang asing di sana. Orang yang kebetulan menyanggupi untuk membantu kesusahan mereka. Dan satu hal yang ia sesali, pamit tanpa menunggu Chika bangun dari tidurnya.

Sudah kesekian kali di setiap ia mengubah posisi tidurnya, dia selalu memeriksa ponsel. Berharap ada keajaiban seseorang memberi kabar dirinya tentang Chika.

Bodoh!

Siapa juga yang akan menghubungi dirinya? Sekali lagi, dan harus digaris bawahi, dirinya adalah orang asing bagi Chika, bagi mereka. Tak ada yang memiliki nomor ponselnya. Ah itu terlalu jauh, bahkan, dia tak sekecappun menyebutkan namanya di depan Marsha atau laki-laki tadi. Dan Chika pun mungkin sudah lupa akan namanya.

Vio mengerang. Kemudian bangun dengan rasa kesal yang sedari tadi membungkus dirinya. Dia pegang ponselnya. Menggulir tidak jelas sosial media yang barusan dia buka. Ibu jarinya terus ia mainkan di atas layar datar itu. Sedang, otaknya masih berusaha keras untuk berpikir demi menemukan cara, agar bisa memperoleh informasi mengenai keadaan perempuan yang suaranya telah menjadi candu.

Kali ini dia benar-benar merasa bodoh. Mencari sosial media hanya bermodal nama pendek saja. Berapa ratus orang yang memiliki nama Chika di dunia ini? Berapa banyak orang, menggunakan nama Marsha sebagai nama sosial media mereka?

Vio frustasi. Dia menyerah dan langsung meletakkan ponsel pintarnya dengan kasar ke samping badannya. Tubuhnya kembali ia rebahkan. Selimut yang belum ia pakai, ia tarik dengan kasar untuk menutupi seluruh tubuh dan kepalanya. Matanya ia pejamkan dengan kuat, berharap bisa terlelap dengan segera. Telinganya ia tutup, berharap bising di kepalanya tak dapat ia dengar.

Namun percuma.

Dan ujungnya, ia terjaga hingga pagi menyapa.

***

Siang ini ada beberapa hal yang perlu dibahas untuk tugas esok hari. Hasil seminar yang dikunjungi Ashel dan Zafra kemarin memang dilimpahkan kepada mereka berempat. Sebenarnya, bukan tugas yang terlalu berat untuk mereka yang sudah cukup familiar dengan berita yang harus ditulis melalui press release.

Sayangnya, Aldo yang tidak terlalu memahami perihal jurnalistik, perlu sedikit bimbingan, agar esok tak berangkat dengan tangan kosong. Pasalnya, setiap Senin akan ada rapat yang membahas hasil kerja mereka selama satu minggu. Akan ada sesi pemeriksaan atas semua yang mereka kerjakan selama lima hari kerja. Dan akan ada pengumpulan tulisan hasil seminar kemarin kepada redaktur. Meskipun mereka tahu, setiap tulisan berita seperti ini tak semuanya akan dimuat, mereka harus tetap mengerjakan semaksimal mungkin agar pendamping pun tak kebingungan memberi mereka nilai.

"Enakan nulis artikel ya, ringan. Tinggal rewrite." Ucap Aldo di tengah bingungnya dia menerima penjelasan dari Zafra.

Memang benar apa yang Aldo ucapkan. Artikel-artikel yang mereka buat, lebih mudah untuk dikerjakan dibanding menulis berita yang harus benar-benar hati-hati. Bahkan, artikel yang mereka tulis jarang sekali mendapat penolakan untuk diunggah. Paling buruk, hanya diminta untuk revisi sebab tak lolos plagiarisme 100%. Sehingga ini akan sangat menguntungkan mereka. Semua yang mereka kerjakan, bisa dijadikan portofolio, terlebih di dalam artikel itu ada nama terang mereka di bawah nama redaktur. Sungguh, beruntung sekali mereka magang di sini. Meskipun bukan perusahaan media besar, setidaknya mereka bisa memperoleh banyak hal di sini.

KAPASITAS IKAN MIGRASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang