Pilihan

534 75 71
                                    

"Libur, kak?"

Kepalanya yang dari tadi menatap layar komputer duduk, dia alihkan ke sumber suara.

Dengan sigap, ia langsung menggeser beberapa barangnya yang ada di atas meja untuk memberikan ruang kepada pelayan perempuan tersebut, menaruh pesanannya.

"Liputan di luar, Sha. Kebetulan udah selesai, tinggal nulis." Jawabnya disertai senyum.

Itu Marsha. Teman Chika yang sependek pengetahuannya, memiliki kedekatan cukup intens dengan Chika.

"Oh... Sabtu kosong, kak?"

Vio yang baru saja menyesap minuman yang dipesannya, hanya menatap Marsha penuh tanya.

"Belum tahu, kenapa?" Tanyanya kemudian.

Teman Chika itu belum menjawab dengan kata, hanya anggukan yang Vio tak mengerti maknanya. Bahkan, Marsha langsung pergi membawa nampan kosong tanpa bertanya apapun—pertanyaan basa-basi para pegawai setelah mengantar pesanan— seperti biasanya.

Vio hanya mengendikkan bahu, membiarkan pertanyaan Marsha tadi untuk menguap tanpa ia tanyakan lagi di dalam hati. Namun ternyata gadis itu kembali ke meja Vio dan langsung mengambil duduk di balik laptop yang ia buka di sana.

Dirinya pun langsung dengan segera sedikit menurunkan layar laptopnya, agar ia bisa melihat Marsha dengan jelas dari tempatnya duduk.

Ada sodoran kertas yang Marsha beri.

Dia yang bingung, tak kunjung mengambil asongan kertas tersebut, sampai Marsha harus menggoyang-goyangkan dua lembar kertas yang ternyata adalah tiket.

Matanya menelisik beberapa saat tiket yang Marsha berikan. Ada dua tiket yang gadis itu sodorkan padanya. Dua tiket pertunjukan yang sudah sangat familiar bagi dirinya.

"Akting gue enggak bagus-bagus amat sih, kak, minor pula peran gue. Tapi nonton ya, itu tiket buat berdua sama Kak Chika." Terang Marsha.

"Mata kuliah, ya?"

Marsha mengangguk cepat, "Dinilai dari jumlah penonton juga, jadi please datang, biar kelompok gue nilainya bagus." Jawab Marsha sambil menangkupkan kedua telapak tangannya di atas kepala.

Vio tersenyum mendengar permohonan Marsha. Dia tahu, bagaimana posisi Marsha sekarang. Dia pernah mengalami hal yang sama kala itu.

"Semoga bisa ya. Tapi kenapa tiket Chika, kamu kasih ke saya? Enggak ke orangnya langsung?"

Ada senyum spontan yang Marsha berikan pada dirinya. Senyum berupa cengiran tanpa dosa yang membuatnya curiga.

"Kan lo lagi dekat sama Kak Chika, jadi sekalian. Sekalian ngedate maksudnya hehe."

Kepala Vio menggeleng-geleng. Tidak habis pikir dengan pemikiran dari perempuan yang masih mempertahankan senyumnya itu.

"Chika bisa? Dia Sabtu besok 'kan masuk. Shift apa?"

"Bisa kok, Sabtu minggu ini, dia shift pagi."

Jawaban Marsha semakin mengundang tanya pada dirinya saat ini.

"Terus kenapa enggak dikasih sendiri tiketnya ke dia?" Vio ulang lagi pertanyaan yang sama sambil memandang penuh tanya ke arah Marsha.

Senyum yang Marsha pertahankan tadi, luntur seketika. Berganti dengan tatapan malas dan decakan kesal.

"Hadeh, ya maksud gue, lo kasih ke Kak Chika biar lebih romantis. Biar kesannya, lo yang ngajak ngedate gitu, ih! Kak Chika tuh, suka tahu, kak, dikasih hal-hal kecil begini. Enak dah kalau sama dia tuh, enggak perlu pusing kalau mau bikin dia senang. Lo kasih permen kenyal sebungkus, itu senyum Kak Chika juga udah sampe kuping seharian." Tutur Marsha panjang.

KAPASITAS IKAN MIGRASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang