Kali Kedua

640 78 9
                                    

Sapaan pagi selalu mereka lontarkan untuk menyapa siapapun yang sekiranya mereka temui di lingkungan kantor kecil ini. Tak banyak, hanya ada sekitar 13 orang pegawai di sini dengan jobdesk yang berbeda-beda.

Kehadiran mereka sebagai mahasiswa magang, sepertinya cukup membantu mereka dalam menyelesaikan beberapa tugas. Mereka pun juga bersyukur, banyak yang bisa dipelajari di sini. Kendati masih beberapa minggu, namun sudah bisa mereka rasakan.

"Vi, diajak liputan enggak sama Bang Ical?"

Vio yang baru menyalakan komputernya, menggeleng pelan pada Zafra yang ada di sampingnya.

"Gantian, Zaf. Minggu kemarin gue, besok-besok pasti si Vio sm Ashel." Saut Aldo yang ada di seberang sana.

"Gitu, ya? Lo dulu gimana, Vi? Bawa laptop gue nih buat nulis di luar. Gue lupa kalau hari ini kudu ke dokter gigi, udah buat janji gue."

"Bilang Bang Ical dulu. Kalau dia boleh, ya enggak apa-apa." Kata Vio kemudian tanpa menoleh pada Zafra.

Matanya sudah terpaku pada layar komputer di depannya, untuk memeriksa sosial media yang ia miliki.

"Sip!"

"Liputan apa?" Kini dia memutar kursinya. Memandang Zafra yang sedang fokus pada ponsel yang digenggamnya.

"Demo kata Bang Ical."

"Di mana?"

Bukan Vio yang bertanya, melainkan Ashel yang terdengar sedikit terkejut dengan info yang Zafra ucapkan.

"Di depan gedung DPRD. Demo nuntut pembatalan pembukaan pabrik."

"Itu bukannya masih minggu depan ya? Gue dikasih tahu temen kos." Aldo menambahkan.

"Dimajuin."

Vio hanya mengangguk-angguk. Liputan bukan hal baru untuk dia pun teman-temannya. Selain ada matakuliah—yang menuntut mereka untuk liputan, membuat berita, bahkan membuat majalah— tergabung dalam komunitas jurnalistik jurusan, juga mengharuskan mereka untuk terbiasa akan kegiatan tersebut. Kecuali Aldo, temannya yang satu itu, hanya merasakan liputan saat ikut matakuliah jurnalistik saja. Selebihnya, Aldo lebih memilih masuk ke komunitas film dibanding jurnalistik.

Namun, sebenarnya, untuk liputan sebesar ini, Vio belum pernah. Liputan paling besar menurutnya adalah liputan demo penurunan UKT kampus. Bahkan, itu pun bukan tugasnya. Dia hanya ikut menemani kakak tingkat untuk memotret suasana di sana. Jadi, tidak benar-benar meliput seperti misal mewawancarai berbagai narasumber yang sekiranya mampu memberikan keterangan lengkap.

"Hati-hati, Vi." Vio mendongak sebentar melihat Ashel yang tersenyum padanya.

Dia balas senyum itu sambil mengangguk.

"Berarti, nanti lo yang bantu Bu Dira buat artikel kesehatan ya, Zaf? Keyword nanti minta ke Pak Mario."

"Siap! Makasih, Vi."

Mereka berempat terdiam dengan aktivitasnya masing-masing, sembari menunggu orang-orang hadir di sana. Vio telah mematikan kembali komputernya. Memilih untuk menyandarkan kepalanya dan mengangkat ponselnya.

Dia sedang mencari tahu mengenai demo tersebut. Setidaknya, dirinya tak berangkat dengan isi kepala yang kosong. Agar mampu memberikan pertanyaan-pertanyaan berbobot dan mendapatkan informasi yang diinginkan.

Tak lama dari sana, seseorang yang mengajak Zafra liputan, datang. Vio pun langsung menegak saat kaki itu melangkah ke arahnya.

"Bantu ambil foto aja. Bisa motret 'kan?" Vio mengangguk mantap.

"Jangan jauh-jauh dari gue. Ini agak beresiko." Lanjutnya sambil menatap khawatir.

Tubuh Vio jadi sedikit menegang. Dia menoleh ke arah teman-temannya yang juga terlihat ketakutan.

KAPASITAS IKAN MIGRASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang