Ruang Tunggu

533 69 11
                                    

Hari libur membuat dirinya enggan beranjak dari kasur. Sudah pukul tujuh, namun waktu tersebut bagi anak kos seperti dia, terlebih hari libur, masih terlalu pagi untuk beranjak dari sana. Rasa malas dan rasa nyaman, memang sepertinya selalu bersekongkol untuk membawa tubuh lebih lama tenggelam dalam hangat dan lembutnya kasur.

Dirinya kembali memeluk guling dan memejamkan mata setelah memeriksa ponselnya. Memutuskan untuk tidur barang tiga puluh menit atau satu jam, sepertinya bukan pilihan yang buruk.

Matanya masih cukup mengantuk, setelah semalam sedikit berkutat pada rangkaian kata yang harus ia tulis menggunakan diksi yang nyaman untuk dibaca. Bukan fiksi, melainkan tugas dari kantor untuk membuat berita tak langsung. Sedikit kesulitan, pasalnya dia sudah lama tidak menulis feature news.

Semenjak awal tahun dan komunitas jurnalistiknya ganti kepengurusan, dia sudah jarang sekali terjun langsung untuk mencari dan menulis berita. Ditambah, sibuknya KKN yang membuatnya benar-benar tak lagi pernah menyentuh hal itu.

Kini, ketika dihadapkan kalau tempat magangnya adalah kantor yang berfokus pada artikel dan berita, dia seperti harus membuka memori kepenulisan yang sudah tertimpa oleh banyak hal di dalam kepala sana.

Untungnya, dia dan teman-temannya benar-benar seperti dibimbing dan dibekali banyak ilmu oleh orang-orang yang ada dikantornya. Pegawai yang usianya tak lagi muda, membuat mereka berlaku layaknya orang tua. Meskipun ada satu dua orang yang kesabarannya setipis tissu toilet. Tapi, masih banyak hal yang patut ia syukuri dibanding ia keluhkan.

Clung!

Mata yang tadi terpejam, ia buka saat notifikasi masuk ke ponsel pintarnya. Dia memang tak benar-benar tidur, hanya memejamkan mata, untuk merasakan nikmatnya dekapan pada guling di sana.

Tertera nama Ashel pada layar ponselnya.

Dia mengernyit, untuk apa temannya itu mengiriminya pesan sepagi ini? Ah bahkan ini sebenarnya sudah cukup siang.

Vi, udah bangun? Gue nanti mau ambil undangan dari perusahaan berjangka kemarin.

Dia terduduk, mengingat undangan yang dimaksud Ashel.

Ah, iya hari ini Ashel dan Zafra kebagian untuk menghadiri seminar dari perusahaan berjangka. Seminar yang menjadikan kantor tempat mereka magang, sebagai media patner. Arahnya jelas, meminta mereka untuk memuat artikel tentang perusahaan itu di laman web yang kantor magang mereka, miliki.

Udah, Shel. Ke kos aja ya nanti.
Atau mau gue antar ke kos lo?

Gak usah, Vi. Nanti lewat jalan depan kos lo aja

Berangkat jam brp?

Ini mau berangkat
nunggu Zafra jemput

Ya udah. Gue tunggu ya

Setelah mengirimkan balasan itu, dia segera beranjak untuk sekadar gosok gigi dan mencuci mukanya.

Lorong kos masih sepi, sangat sepi malah. Tidak heran, kosnya ini memang kos berbentuk rumah biasa, bukan gedung kos pada umumnya, yang isinya hanya ada 7 kamar. Kadang ramai kalau mereka sedang berkumpul, seringnya sepi. Apalagi masih pagi seperti ini.

*

"Hati-hati, Zaf bawa anak orang. Jangan kebut-kebutan."

"Gue lebih pro buat treatment cewek dibanding lo, Vi. Hahaha, santuy. Ya enggak, Shel?"

Ashel yang sudah duduk di belakang Zafra, memukul cukup keras helm pemuda itu.

"Gue enggak akan tanggung jawab kalau cewek lo marah, ya!"

KAPASITAS IKAN MIGRASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang