Nari memutuskan untuk menerima tawaran gila dari Ahn Seokjin.
Yakni, dengan menjadi pengasuh putranya.
Nari tahu keputusannya sangatlah keterlaluan. Selain meminta gaji yang cukup setiap bulannya, Nari juga ingin mendapat biaya pendidikan dan didaftarkan sebagai mahasiswa dengan sistem ajar full online. Dan dengan mudahnya, Seokjin menyetujui kesepakatan itu. Di saat Nari tidak memiliki pengalaman yang cukup mumpuni untuk mengurus anak kecil. Jadi rasanya kesepakatan ini terbilang tidak adil. Nari juga tidak mengerti kenapa Seokjin menyetujuinya tanpa berpikir panjang.
"Jeon sangat senang mengetahui kabar ini."
Nari tersentak mendengar suara Seokjin yang memecah keheningan. Gadis itu menoleh, menatap eksistensi pria tampan di depannya yang sedang mengemudi dengan wajah berseri. "Apa sekarang kita akan menjemputnya?"
Seokjin menggeleng. "Jeon menunggu di rumah bersama tukang kebun."
"Hanya berdua?"
Seokjin mengedikkan bahu. "Begitulah, kami hanya punya beberapa pembantu yang bekerja pulang-pergi. Beberapa bawahan yang tinggal bersama kami hanya keamanan dan tukang kebun."
Nari mengangguk paham lantas terdiam tanpa menanggapi lebih lanjut. Sementara Seokjin tetap fokus mengemudi, membelah jalan kota Seoul yang begitu terang pada malam hari. Keheningan kembali melingkupi atmosfer mereka untuk beberapa saat. Entah kenapa, Nari merasa begitu canggung. Padahal pertemuan mereka terkahir kali terbilang cukup hangat dan baik.
"Nari,"
"Ya, Tuan?"
"Kabari aku jika kau sudah memutuskan soal jurusan kuliahmu." tukas Seokjin lugas. "Aku akan langsung mengurus pendaftarannya dan mengatur jadwal yang pas untuk sesi belajarmu. Agar waktu untuk putraku juga tidak terganggu."
"Baik, Tuan."
"Sepertinya kau akan sering mendapat kelas saat malam hari, tidak apa-apa?"
Nari mengangguk. Gadis itu sudah tidak bisa meminta tawaran lagi di saat permintaannya sudah sangat lancang dan keterlaluan. Meski sebenarnya Nari merasa sedikit sangsi dengan rencana itu. Apa bisa jadwal kuliah diatur sedemikian rupa oleh pihak pendaftar? Nari tidak terlalu mengerti. Bagi seorang pengusaha yang punya mobil Rolls-Royce keluaran terbaru seperti Seokjin, sepertinya hal serumit itu sangat mudah untuk dilakukan.
Sebelum keheningan kembali merayapi suasana di antara mereka, dering ponsel Nari lebih dulu menginterupsi. Gadis itu segera mengambil ponselnya yang tersimpan di saku jaket. Lantas menahan napas ketika sadar bahwa ibunya yang menghubungi. Tidak butuh waktu lama bagi Nari untuk menolak panggilan itu. Dan langsung mengirim pesan singkat yang menjelaskan bahwa ia tidak akan pulang malam ini.
Apa kau baru saja lari dari masalah?
Ibunya membalas pesan Nari kurang dari lima detik.
Tanpa sadar gadis itu berdecak. Mengundang perhatian Seokjin yang terkejut mendengar respons itu. Sejurus kemudian, Nari menggerakkan jemarinya dengan cepat. Mengetikkan pesan balasan dengan penuh tanda seru.
Kau memaksaku untuk mendapat banyak uang dan sekarang aku sedang mengusahakannya! Aku tidak akan kembali untuk waktu yang lama agar kau tidak perlu repot-repot mengurus anakmu yang tidak berguna ini! Mulai sekarang, yang perlu kau lakukan hanyalah menunggu transferan uang dariku! Kau puas, Ibu?!!!!!!
Setelah membalas pesan ibunya dengan kurang ajar, entah kenapa Nari merasa sedikit lega. Seakan beban kekesalannya selama ini sedikit tersalurkan lewat pesan itu. Sejurus kemudian, Nari memilih untuk mematikan ponselnya lantas bersandar di kursi mobil sambil memejamkan mata. Ia berusaha untuk tidak menghiraukan Seokjin yang sesekali meliriknya dengan bingung. Hingga tak lama setelah itu, mereka sampai di Hannam-dong—kawasan perumahan elit yang terkenal dengan pemandangan indah dari sungai Han. Seketika Nari ternganga melihat bangunan mewah yang berjajar di sepanjang jalan.
![](https://img.wattpad.com/cover/324355154-288-k303421.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Issues [M]
Fiksi PenggemarDi tengah rintik hujan siang itu, Ryu Nari melihat seorang ayah berparas tampan yang duduk di depan minimarket tempatnya bekerja. Terdiam melihat putranya yang menangis histeris sampai berguling-guling di trotoar jalan. Awalnya, gadis itu tidak pedu...