Chapter 24

766 89 220
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🐹





Terik matahari menerpa wajah Nari, membias dari kaca mobil yang tengah melaju dengan kecepatan normal. Gadis itu terdiam dengan iris berkaca-kaca. Perasaannya mendadak dipenuhi rasa haru. Pikirannya terpancang pada kejadian yang baru dialami tadi pagi. Melihat tangan mungil menempel di kaca bis, raut wajah penuh rona, senyum mengembang bagai bunga bermekaran, serta seruan khas seorang anak. Saat situasi itu terjadi, Nari merasa begitu bangga dan takut di saat yang sama.

Jeon sudah semakin besar.

Selama ini Nari belum pernah mengantar Jeon sekolah-secara harfiah-karena ia hanya diperkenankan untuk mengantarnya sampai ke halte bis. Maka ketika Seokjin mengajak Nari ke sekolah Jeon untuk menyaksikan kepergiannya ke kebun binatang, gadis itu senang sekali. Nari bahagia melihat Jeon berinteraksi dengan teman-teman sekolah, lalu memeluknya dan Seokjin secara bergiliran sebelum berbaris lantas menaiki bis bersama teman-temannya.

Anak itu sudah semakin berani. Di saat beberapa temannya tampak merengek dan enggan ditinggalkan oleh orang tua, Jeon justru bersemangat dan bersikeras ingin segera pergi. Ia bahkan berinsiatif menyuruh Seokjin untuk membuatkan gimbap lebih banyak agar bisa berbagi dengan teman dan wali kelasnya. Seokjin yang turut bangga pada sikap Jeon tentu menurutinya dengan senang hati.

Karenanya, Nari merasa terharu. Hati kecilnya begitu ingin menyaksikan pertumbuhan Jeon lebih lama. Lalu melihat anak itu sukses dan menjadi orang hebat. Nari penasaran akan seperti apa rupa Jeon nanti ketika sudah dewasa. Jika dilihat secara fisik, sudah pasti Jeon akan tumbuh menjadi pria tampan. Namun, apa anak itu akan mengingatnya? Atau mungkin tidak akan mengenalnya lagi? Asumsi itu menuntun Nari pada pemikiran panjang.

"Nari?"

Nari tersentak seraya refleks mengedipkan kedua mata. Membuat Seokjin yang tengah fokus mengemudi hanya bisa menghela napas. Sudah sekitar sepuluh menit mereka pergi dari sekolah Jeon, dan selama itu pula Nari membisu dengan raut wajah yang dipenuhi kesedihan. Melihat itu membuat Seokjin cemas.

"Kau baik-baik saja?"

"Aku hanya memikirkan Jeon," ujar Nari setelah mengangguk sebelumnya. "Semoga dia bisa bersenang-senang sekaligus belajar dengan baik. Aku takut dia kelupaan meminum air putih."

Mendengar itu, Seokjin terkekeh. Satu tangannya bergerak mengusap puncak kepala Nari. "Tenang saja, aku sudah menyiapkan antisipasi dengan memberitahu wali kelasnya."

"Dari yang kulihat, sepertinya kau sudah begitu akrab dengan wali kelas Jeon."

"Tentu saja. Karena sebelum kau menjadi pengasuh sekaligus pacarku, aku menitipkan Jeon padanya."

"Ah, begitu."

"Kenapa?" Seokjin menyeringai, menatap Nari sekilas sebelum kembali fokus mengemudi. "Kau cemburu?"

Daddy Issues [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang