Chapter 22

831 92 267
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🌚






Nari baru selesai kelas ketika gadis itu keluar dari kamar dengan wajah resah. Gadis itu langsung mencari keberadaan kekasihnya di tengah malam dengan ruangan-ruangan yang sudah redup. Rasa bersalah yang bercokol dalam hatinya belakangan ini semakin bertambah parah. Namun alih-alih menghindar atau menjauhi Seokjin, Nari justru lebih bersikap manja dan sensitif. Gadis itu jadi merasa takut untuk ditinggal. Membuat Seokjin yang masih belum mengetahui apa-apa terkadang tidak habis pikir dengan sikap Nari. Meski pada akhirnya ia memaklumi karena usia Nari yang masih sangat muda.

Ruangan pertama yang dimasuki Nari adalah kamar Jeon, tidak ada Seokjin di sana. Nari hanya menemukan Jeon yang sedang tertidur pulas. Kemudian, Nari beralih menuju kamar Seokjin. Gadis itu hanya mengintip lewat celah pintu yang terbuka sedikit. Ia belum punya keberanian untuk masuk mengingat kamar tersebut adalah kamar Seokjin bersama mendiang istrinya. Namun Seokjin juga tidak ada di sana. Seketika Nari merasa panik. Gadis itu berlari mengelilingi wilayah lantai dua yang sangat luas hingga berhenti di salah satu ruangan.

Ruang kerja Seokjin.

Tempat yang Nari anggap sebagai teritorial terlarang. Tempat yang Nari anggap paling eksklusif karena setahunya dibangun dengan interior termewah. Bahkan lebih mewah dari ruangan-ruangan lain. Selama tinggal di sini, gadis itu bahkan belum pernah memasuki ruang kerja Seokjin atau sekadar mengintipnya. Karena akhir-akhir ini juga Seokjin terbilang jarang mengurung diri di ruang kerja. Pria itu lebih suka mengerjakan sesuatu di living room lantai dua atau menetap di kamar Nari semenjak mereka berpacaran.

"Vater?" panggil Nari sambil mengetuk pintu, ekspresinya tampak begitu cemas. "Vater, kau di dalam?"

Tiba-tiba pintu terbuka secara otomatis. Membuat Nari yang sedang mendekatkan telinga ke permukaan pintu sontak terkesiap. Gadis itu ternganga melihat ruangan luxury yang perlahan terbuka diikuti eksistensi Seokjin di baliknya. Pria itu sedang sibuk memijat pangkal hidung sebelum tersenyum ke arah Nari. Jarak mereka yang cukup jauh membuat Seokjin hanya bisa menggerakkan tangan, mengisyaratkan Nari untuk mendekat padanya.

Namun Nari tidak bergeming sama sekali.

Seokjin menghela napas, merasa heran sekaligus bingung dengan sikap Nari akhir-akhir ini. Entah kenapa, Nari jadi mudah menangis dan begitu sensitif. Seakan ada ketakutan tersendiri tanpa sebab yang jelas. Selain itu, Nari pasti mencuri dengar gosip-gosip aneh dari lima pembantunya mengenai ruangan ini. Tentang kemewahan dan segala macamnya yang menurut Seokjin sama sekali tidak penting. Lagi pula, alasan Seokjin membuat ruangan ini sebagus mungkin agar ia merasa nyaman saat bekerja di rumah.

"Kemari," lirih Seokjin seraya kembali menggerakkan tangan. Pria itu bisa saja bangkit lalu membujuk Nari untuk masuk, namun ia terlalu lelah dan lemas karena pekerjaannya.

Daddy Issues [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang