Di tengah rintik hujan siang itu, Ryu Nari melihat seorang ayah berparas tampan yang duduk di depan minimarket tempatnya bekerja. Terdiam melihat putranya yang menangis histeris sampai berguling-guling di trotoar jalan.
Awalnya, gadis itu tidak pedu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🐹
Sabtu malam kali ini Seokjin pulang lebih cepat dari biasanya. Pria itu disambut oleh sapaan hangat Jeon yang tampak jauh lebih ceria. Diikuti kehadiran Nari yang turut menyambutnya dengan senyum manis. Senyum yang sudah Seokjin bayangkan sejak tadi siang akhirnya dapat ia lihat kembali secara nyata. Membuat rasa letih yang melanda akibat jadwal pekerjaannya yang padat mendadak hilang.
Namun sejak kejadian malam itu, Seokjin jadi merasa sedikit canggung jika berhadapan langsung dengan Nari. Bayangan yang dipenuhi adegan panas antara dirinya dan Nari masih terbayang begitu jelas. Seokjin bahkan merasa malu jika menatap kedua mata Nari secara langsung. Tapi entah kenapa, Nari bisa bersikap begitu santai. Gadis itu bahkan tampak jauh lebih berani dari sebelumnya.
Seperti malam ini.
Di ruang khusus mainan yang berada di lantai tiga, Seokjin dan Jeon tengah memainkan slime bersama. Ayah dan anak itu duduk berhadapan di lantai yang dilapisi karpet berbahan plastik. Sementara Nari sibuk memutari ruangan dengan smart wheel milik Seokjin yang kebetulan tersimpan di sana. Gadis itu mahir memainkannya karena pernah diajari oleh Jimin. Dulu Jimin kerap kali pergi ke sekolah menggunakan benda itu.
Beberapa menit kemudian, Nari selesai dengan kegiatannya. Gadis itu menyimpan smart wheel milik majikannya ke tempat semula sebelum bergabung bersama Seokjin dan Jeon yang masih memainkan slime. Nari duduk tepat di samping Seokjin. Posisinya begitu dekat. Membuat lengan mereka saling bersentuhan dan begitu rapat. Seokjin yang menyadari itu seketika merasa gugup.
"Apa kalian baru saja mencampurnya?" Tanya Nari penasaran, lalu menatap takjub lelehan slime warna-warni yang mengotori tangan Seokjin dan Jeon. "Wah, keren sekali."
Jeon tersenyum. Sementara Seokjin tidak menjawab dan hanya bisa menelan ludah secara diam-diam.
"Apa boleh jika aku menambahkan glitter tambahan?"
Jeon mengangguk. "Bo—"
"Tidak boleh," sahut Seokjin tanpa menatap Nari. "Warna ini sudah bagus."
Melihat respons Seokjin yang tampak lebih dingin dari biasanya membuat Nari hanya bisa cemberut. Gadis itu lantas memilih untuk tidak bicara lagi. Meski diam-diam ia keheranan melihat tingkah Seokjin kali ini. Padahal mereka sudah sering berbalas pesan, menanyakan kegiatan masing-masing dan sebagainya. Entahlah. Nari tidak habis pikir. Jika memang kejadian malam itu menjadi penyebabnya, maka Nari harus melakukan sesuatu agar majikannya bisa kembali bersikap seperti semula.
"Ayah!"
Tiba-tiba Jeon berseru. Membuat Seokjin dan Nari tersentak seketika. Anak itu tampak kesal lantas melempar gumpalan slime di tangannya ke arah Seokjin.