Di tengah rintik hujan siang itu, Ryu Nari melihat seorang ayah berparas tampan yang duduk di depan minimarket tempatnya bekerja. Terdiam melihat putranya yang menangis histeris sampai berguling-guling di trotoar jalan.
Awalnya, gadis itu tidak pedu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🌚
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nari menatap ponselnya seraya terduduk lesu. Gadis itu baru saja menyelesaikan tugas kuliahnya lantas mengirim pesan pada Jimin. Karena pertemuan mereka terakhir kali terbilang cukup menyedihkan, Nari ingin sekali memperbaiki hubungannya dengan Jimin mengingat mereka sudah bersahabat cukup lama. Namun sepertinya Jimin butuh waktu. Nari sudah berkali-kali menelepon dan baru kali ini mengirim pesan, namun tidak ada respons sama sekali.
Sejurus kemudian, Nari berpikir untuk keluar dan menemui para pembantu di lantai dasar untuk berbincang agar bisa mengalihkan rasa sedihnya sebelum ponselnya tiba-tiba berdenting. Gadis itu sontak sumringah dan berharap jika Jimin membalas pesannya. Namun alih-alih Jimin, Nari dibuat terdiam oleh pesan baru yang masuk. Gadis itu sontak mendekatkan ponselnya seraya menghela napas. Lantas kembali duduk di kursi belajar seraya menahan senyum.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.