Di tengah rintik hujan siang itu, Ryu Nari melihat seorang ayah berparas tampan yang duduk di depan minimarket tempatnya bekerja. Terdiam melihat putranya yang menangis histeris sampai berguling-guling di trotoar jalan.
Awalnya, gadis itu tidak pedu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rasa ingin dilamar duda kaya raya 📈📈
🐹
Pada akhirnya di sabtu malam, pertemuan Seokjin dan Namjoon batal dilakukan.
Bukan karena Seokjin yang menolak kali ini, namun Namjoon masih disibukkan dengan pekerjaannya di tengah-tengah persiapan peluncuran mobil HN Grup seri terbaru. Beberapa waktu lalu Namjoon sempat membocorkan desain mobil terbarunya pada Seokjin. Dan Seokjin dibuat kagum dengan beberapa pilihan warna yang Namjoon pilih untuk bodi kendaraan tersebut, begitu juga dengan teknologi canggih yang ia jelaskan pada saat itu. Sepertinya Seokjin akan menjadi pemilik pertama untuk produk terbaru milik sahabatnya. Mengingat Seokjin adalah salah satu penanam saham terbesar di perusahaannya.
Malam ini Seokjin pulang lebih cepat dari biasanya. Pria itu sengaja memadatkan jadwalnya di hari jumat agar bisa meluangkan lebih banyak waktu di hari sabtu dan minggu. Tidak seperti biasanya, Seokjin terkejut melihat kehadiran Jeon yang menyambutnya dengan tangisan. Tidak ada senyum ceria atau pelukan hangat diiringi tawa kecil. Jeon benar-benar menangis sambil sibuk menyeka wajahnya sendiri yang kotor oleh cokelat. Nari mengekor di belakangnya, tampak kewalahan dengan setitik keringat yang terlihat di pelipisnya.
"Ada apa?" Seokjin mengernyit bingung ketika tiba-tiba Jeon memeluk kakinya dan terus menangis. "Sini Ayah gendong."
"Ayah!"
"Kenapa, hm?"
"Aku tidak mau dengan Noona!"
Seokjin terdiam sejenak, pria itu sempat melirik Nari yang kini tampak pasrah sebelum beralih untuk mengangkat tubuh Jeon. "Sini, biar Ayah gendong dulu."
"Tidak mau!"
Jeon menggeleng tanpa melepaskan pelukan di kaki kanan ayahnya. Membuat Seokjin hanya bisa menghela napas lantas membiarkan Jeon berbuat sesukanya. Tangisan Jeon kembali terdengar di tengah keheningan. Seokjin dan Nari sama-sama pasrah dengan hal tersebut. Belakangan ini Seokjin belajar untuk lebih bersabar berkat sikap telaten Nari yang mengajarinya secara tidak langsung lewat tindakan-tindakan kecilnya pada Jeon. Biasanya Seokjin tidak tahan dan cepat meledak jika mendengar tangisan anaknya yang seperti ini.
"Ayah!"
"Hm?" Seokjin menyahut dengan sabar. "Sudah menangisnya?"
Tangis Jeon mulai meredam.
"Mau Ayah gendong?"
Jeon menggeleng.
"Mau Ayah peluk?"
Jeon tidak menjawab. Namun Seokjin menjadikan respons itu menjadi persetujuan. Pria itu berusaha melepas pelukan erat Jeon di kakinya lalu menurunkan tubuhnya agar bisa memeluk Jeon. Seketika Jeon menangis lagi. Anak itu memejamkan mata sambil menautkan kedua tangannya yang mungil ke leher sang ayah.