Chapter 1

958 120 42
                                    

"Eonni,"

Ryu Nari yang sedang menonton anime kesukaannya harus menghela napas panjang ketika ketukan pintu terdengar diikuti suara lembut khas seorang anak. Gadis itu merenggangkan tubuhnya sejenak, lalu bangkit dari posisi berbaringnya untuk membuka pintu. Nari disambut oleh keberadaan tubuh mungil keponakannya yang bernama Lee Sana.

"Sana, bilang pada Bibi aku akan keluar sebentar lagi." ujar Nari pada keponakannya. Ia mengelus rambut anak itu yang terlihat semakin panjang. "Aku masih menonton."

"Tapi Bibi sudah marah-marah."

Nari kembali menghela napas. Setelah menyuruh keponakannya pergi, gadis itu mulai bersiap untuk pergi bekerja di tengah kamarnya yang tampak berantakan. Sudah tiga bulan sejak Nari lulus SMA dan melepaskan hal yang begitu penting dalam hidupnya, yakni putus dari kekasih yang sudah menemaninya selama tiga tahun. Dan selama itu, Nari hanya menghabiskan waktunya menjadi sosok yang pemalas. Ia bahkan tidak punya persiapan matang untuk masa depannya selain mempertahankan pekerjaan sambilannya menjadi kasir di minimarket.

"Yah, apa kau sengaja mau terlambat kerja?!"

Nari mendengus saat omelan ibunya menyambut langkah kaki yang baru saja keluar dari kamar. Gadis itu tidak menjawab lantas memilih untuk memakan sereal yang tersedia di dapur. Ia memakannya tanpa selera di saat jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Cuaca tampak mendung di luar sana, menambah kesuraman yang terjadi dalam hidupnya.

Ryu Yunji menatap putri semata wayangnya dengan tatapan skeptis. Wanita paruh baya itu tidak habis pikir melihat kelakuan Nari yang semakin monoton dari hari ke hari. Gadis itu hanya akan berbaring seharian, menonton anime lalu pergi bekerja saat sore sampai malam. Yunji begitu muak dengan keadaan hidupnya. Terlebih ketika Yunji sadar jika gadis yang ia besarkan seorang diri selama ini tidak bisa diandalkan.

"Nari," Yunji yang tengah membuat kimchi di meja makan menatap Nari yang kini tertegun dengan semangkuk sereal. Sementara Sana sedang bermain di dekat televisi. "Mau sampai kapan kau begini terus?"

Nari tidak menjawab, alih-alih melahap serealnya semakin cepat.

"Sudah kubilang tidak ada salahnya menerima tawaran Namjoon. Walau kalian sudah putus, setidaknya akan ada gambaran bahwa hidupmu terjamin."

"Dan sudah kubilang berkali-kali kalau itu tidak akan berhasil!" Nari menyeruput sisa susu di dalam mangkuk lalu menatap ibunya dengan berang. "Sudah cukup kita bergantung padanya selama ini. Aku tidak mau terus bergantung padanya di saat kami sudah tidak ada hubungan lagi. Ibu juga tahu kalau istrinya sedang hamil."

"Dia berjanji akan menjamin kehidupan kita."

"Dan kau bergantung pada jaminan itu?" Nari menatap ibunya tidak percaya. "Baru kali ini aku melihat seorang ibu yang mendukung putrinya menjadi kekasih gelap orang lain!"

"Kau yang mengenalkannya padaku dan memaksaku untuk menyetujuinya!"

"Ibu setuju karena dia kaya!"

"Itu karena aku realistis!" Yunji meremas kedua tangannya yang dibalut sarung tangan karet. Sarung tangan itu tampak kotor oleh bumbu kimchi. "Aku tidak bisa begini terus. Mengurus Sana sangat melelahkan dan Bibimu membayarku tidak seberapa!"

Diam-diam, Nari melirik Sana yang masih bermain di dekat televisi lalu memejamkan mata. Sana tidak mendengar percakapan orang dewasa di meja makan karena volume televisi yang lumayan keras. Sejujurnya, Nari juga sangat muak dengan kondisi hidupnya yang terasa semakin suram. Ibunya yang penuntut ini semakin menyebalkan. Sudah seminggu belakangan Yunji menerima tawaran untuk mengurus Sana karena orang tuanya sibuk bekerja. Ibunya Sana adalah adik dari Yunji.

Daddy Issues [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang