Chapter 15

716 103 80
                                    

🐹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐹







Pada akhirnya, semua berakhir dengan sangat menyedihkan.

Sial,

Di perjalanan pulang, Namjoon tidak bisa berhenti merutuk. Meratapi nasib serta pilihan hidupnya sendiri yang berujung pahit. Ketika Nari pergi begitu saja dan meninggalkannya di tengah dapur, tidak butuh waktu lama bagi Namjoon untuk turun ke lantai dasar. Menemui Seokjin yang tengah celingukan mencarinya lalu berpamitan untuk pulang. Hingga pria itu berakhir dengan menghabiskan sisa harinya di dalam bar dan mabuk seharian.

Beruntungnya Namjoon masih memiliki sedikit kesadaran untuk menyetir. Pria itu berusaha berkonsentrasi di tengah pikiran kacaunya yang semakin hancur. Pening di kepalanya ia acuhkan, alih-alih Namjoon terus memegangi pipi kirinya yang kini sedikit membengkak akibat tamparan keras yang ia terima dari mantan selingkuhannya. Sementara tangannya yang lain terus mengendalikan setir mobil dengan hati-hati.

Tamparan yang ia dapat tadi siang seakan menjadi senjata mematikan yang menusuk batinnya. Nari benar-benar menampar Namjoon sekuat tenaga. Seakan amarahnya yang tertahan selama ini melesat secara nyata lewat sentuhan kasar itu. Di sisi lain, Namjoon semakin sadar akan posisinya yang sulit. Keputusan yang dipilih nyatanya hanya membawa Namjoon pada penyesalan mutlak. Demi Tuhan, Namjoon benci pada situasi hidupnya yang semakin memburuk.

Setelah melalui perjalanan panjang dalam keadaan yang benar-benar tidak karuan, Namjoon akhirnya sampai di apartemen. Pria itu memarkirkan mobilnya secara asal, lalu berjalan gontai menuju unitnya yang terletak di lantai paling atas. Beruntung pria itu masih bisa pulang dengan selamat di saat keadaannya sangat kacau akibat pengaruh alkohol. Sesekali pria itu nyaris tersandung saat berjalan. Bahkan Namjoon ketiduran selama di lift sendirian.

"Kau mabuk lagi?"

Namjoon hanya bisa memejamkan mata seraya menghela napas ketika suara Yera terdengar diikuti keberadaannya yang muncul tiba-tiba. Wanita itu tampak begitu pucat. Satu tangannya bergerak beberapa kali untuk mengusap perutnya yang semakin membuncit. Tatapannya memicing tajam, begitu mengunci pada Namjoon yang kini terpaku di ambang pintu.

"Kenapa kau belum tidur? Ini sudah pukul dua pagi." Namjoon membiarkan pintu apartemennya tertutup secara otomatis lantas membuka sepatunya dengan gerakan malas. "Istirahatlah. Kita bicara besok."

"Kau pikir kenapa aku masih terjaga sampai selarut ini?"

"Yera," Namjoon kembali memejamkan matanya.

"Aku cemas menunggumu semalaman. Aku sampai menghubungi Kak Jin dan dia bilang kau sudah pulang sejak tadi siang."

Namjoon hanya bisa terdiam pasrah. Pria itu memilih untuk meletakkan sepatunya di rak daripada membalas omelan istrinya.

Daddy Issues [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang