Malam setelah kelulusan SMA, gadis itu masih mengenakan seragam sekolahnya dengan sebagian kancing yang terlepas dan bagian rok yang tersingkap. Ia berbaring di atas ranjang berukuran besar seraya terengah. Rambutnya berantakan, wajahnya berkeringat. Namun rona cerah tampak begitu terlihat di wajahnya. Menunjukkan jika hari kelulusan memberinya begitu banyak kelegaan.Dan kesenangan.
"Kelelahan, Princess?"
Seorang pria bertubuh kekar kini memeluknya dari samping. Pria itu bertelanjang dada, menunjukkan otot-otot liat yang menggairahkan. Keringat turut membasahi tubuhnya, menyatu dengan peluh dari gadis di sampingnya yang entah mengapa terasa menyegarkan dan memberikan dahaga lain di benaknya.
Gadis itu mengangguk seraya menikmati pelukan lembut dari kekasihnya. "Seperti biasa. Daddy selalu bersemangat jika kita melakukannya atas dasar merayakan sesuatu."
"Ini hari kelulusanmu. Kau harus merasakan kenikmatan yang menakjubkan."
Gadis itu tertawa. Sementara pria itu mendekatkan wajahnya, menyentuhkan hidungnya pada perpotongan leher gadis itu. Membuat tubuh sintalnya menggelinjang bak menghantarkan gelombang panas. Pria itu terkekeh lantas mengeratkan dekapannya.
"Daddy,"
"Hm?"
"I love you."
Senyap menyelimuti mereka untuk sejenak. Gadis itu tahu ia akan selalu mendapat jawaban yang lamat jika mengucapkan kata krusial itu. Namun seharian ini, ia merasakan firasat buruk ketika pria itu tiba-tiba menghubunginya dan mengadakan pertemuan intim di luar jadwal pertemuan mereka. Entah apa yang terjadi. Selama tiga tahun, gadis itu sudah cukup terbiasa dijadikan ruang untuk pelampiasan.
Namun hari ini, rasanya berbeda.
"I love you too, I always do."
Bahkan jawaban itu tidak terdengar memuaskan baginya.
Seketika suasana berubah sendu. Gadis itu tahu jika pria pujaannya sedang berusaha terlihat baik-baik saja di saat ia tengah mati-matian menyembunyikan tujuan sebenarnya dari pertemuan ini. Mereka sempat melupakan segalanya dengan permainan panas di atas ranjang. Namun waktu seakan memecut pikiran mereka berdua, menyadarkan mereka pada realita.
"Princess."
"Yes, Daddy?"
Gadis itu menoleh lantas tersenyum melihat eksistensi pria di depannya. Kedua matanya yang dihiasi kelopak kecil tampak menghanyutkan, pahatan wajahnya terlihat sempurna. Lesung di kedua pipinya begitu manis. Rahangnya begitu kokoh, menunjukkan otot wajah yang menggairahkan. Sejak awal gadis itu selalu jatuh pada pesonanya. Bahkan jika dipaksa untuk bangkit, gadis itu tidak akan pernah berusaha untuk berdiri dan meninggalkan pesona itu.
"Jika aku mendaftarkanmu menjadi mahasiswi SNU. Apa kau tidak keberatan?" pria itu menggerakkan jemarinya untuk mengelap peluh di dahi gadisnya tanpa menyadari perubahan ekspresinya. "Atau kau ingin berkuliah di tempat lain? Katakan padaku, di mana itu? Di Belanda? Amerika? Kau bisa memilih sesukamu, Princess."
"Daddy, apa kau lupa? Bukan itu yang kita rencanakan."
Pria itu terdiam.
"Kau menjanjikan waktu yang lebih dan juga pengakuan untukku. Aku sangat menantikan itu."
Hening.
"Lagi dan lagi. Kenapa kau merencanakan hal lain?"
Pria itu menghela napas seraya melepas pelukannya. Ia beralih untuk menatap langit-langit hotel suite yang disewanya malam ini. Benaknya meraung penuh kebingungan. Terjebak pada pilihan yang rumit.
![](https://img.wattpad.com/cover/324355154-288-k303421.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Issues [M]
FanfictionDi tengah rintik hujan siang itu, Ryu Nari melihat seorang ayah berparas tampan yang duduk di depan minimarket tempatnya bekerja. Terdiam melihat putranya yang menangis histeris sampai berguling-guling di trotoar jalan. Awalnya, gadis itu tidak pedu...