Chapter 32

616 96 124
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🐹






"Aku tidak mau pulang."

Ahn Seokjin nyaris saja selesai merapatkan jaket di tubuh Jeon sebelum pergerakannya terhenti oleh bisikan dari anak itu. Seketika Seokjin terdiam, lantas mendongak dengan pandangan bingung.

"Apa?" Seokjin mengernyit.

"Aku tidak mau pulang, Ayah."

Seokjin menghela napas, membiarkan risleting jaket Jeon begitu saja hingga posisinya setengah terbuka. Padahal pagi ini Seokjin berencana menitipkan Jeon ke rumah neneknya. Pria itu sudah cuti cukup lama karena ingin fokus mengurus Jeon. Rasanya ini sudah mencapai batas waktu baginya untuk segera melanjutkan pekerjaan. Di sisi lain, Seokjin juga tidak ingin merepotkan Nari dan ibunya. Masih ada sesuatu yang harus mereka bicarakan. Namun Seokjin belum punya waktu untuk melakukannya.

"Jeon, tapi—"

"Aku masih mau di sini bersama Noona dan Nenek Yunji."

Astaga.

Seokjin tahu ujungnya akan seperti ini. Namun ia sudah berusaha menyiapkan antisipasi dengan bangun sepagi mungkin. Agar ia memiliki waktu yang cukup untuk membujuk Jeon. Sayangnya, anak itu terlihat bersikukuh dengan keinginannya. Seokjin takut membuat Jeon menangis jika menolak. Di sisi lain, Nari yang tengah sibuk menata rambut Jeon pura-pura tidak mendengar percakapan mereka.

"Jeon," bisik Seokjin selembut mungkin. "Nenekmu sudah menunggu. Kita bisa berkunjung lagi minggu depan, oke? Hari ini Ayah harus—"

"Kalau Ayah mau bekerja, silakan saja. Aku akan menunggu di sini sampai Ayah pulang. Jadi Ayah bisa menjemputku nanti dan tidak perlu repot-repot ke rumah Nenek."

Lagi-lagi Seokjin hanya bisa menghela napas. Tidak menyadari reaksi Nari yang diam-diam menahan senyum. Sebenarnya Nari sama sekali tidak keberatan jika Jeon memutuskan untuk menunggu ayahnya di sini. Hanya saja, Seokjin tampak tidak nyaman—atau mungkin sungkan—untuk menitipkan kembali sang anak padanya. Sejujurnya Nari juga tidak menyangka Jeon akan betah bermalam di apartemennya. Padahal tempat tinggal Nari terbilang sempit, berbanding jauh dengan mansion mewah milik Seokjin.

"Jeon, dengarkan Ayah," ujar Seokjin dengan lembut. "Nari Noona dan Ibunya juga punya kesibukan. Kita tidak bisa—"

"Ayah tidak usah khawatir."

Seokjin mengernyit, menatap anaknya yang kini tersenyum sambil memegang kedua pundaknya.

"Nenek Yunji bilang aku boleh menunggu Ayah di sini." Tiba-tiba Jeon menoleh pada Yunji yang tengah sibuk di dapur. "Tanya saja kalau tidak percaya."

Daddy Issues [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang