02. Two

18.9K 1.2K 11
                                    

Pagi-pagi sekali. Di saat waktu masih menunjukkan pukul setengah 6, seorang laki-laki yang bulan depan berumur 26 tahun tengah bersiap-siap dengan setelan kerja.

Tangannya sibuk menyimpulkan dasi agar terpasang di leher. Sesekali mulutnya bersiul di depan kaca besar yang menampilkan semua tubuhnya.

“Caka.”

Suara disertai ketukan pintu di kamarnya membuat laki-laki bernama lengkap Cakara Dewandaru itu menoleh.

“Buka aja, Ma. Gak dikunci.”

Setelah itu, ia bisa mendengar suara pintu yang dibuka. Netranya melihat wajah wanita yang telah melahirkannya ke dunia.

“Hari ini kamu sibuk? Bisa antar Mama ke rumah tante Monika?”

“Caka ada meeting sama klien, Ma. Suruh Radit antar aja.”

Caka berbalik. Menatap wajah Mamanya dengan tatapan bersalah.

Yunita, Mama dari Caka dan kedua adiknya itu menghela nafas panjang. Matanya menatap kesal ke arah anak sulungnya.

“Kapan sih kamu gak sibuk? Pantes aja gak punya calon istri karena kamu selalu meeting, meeting, dan meeting.”

Setelah itu, Caka bisa melihat Mamanya yang pergi meninggalkan kamarnya. Helaan nafas berat keluar dari mulutnya.  Omelan Yunita akan menantu selalu mengisi hari-hari indahnya. 

~|Unpredictable Couple|~

“Laporan pemasukan restoran bulan ini, bos. Di cabang Bogor mengalami peningkatan yang signifikan.”

Caka membalikkan map berisi laporan keuangan restoran miliknya. Meneliti deretan angka dan grafik yang mengalami peningkatan secara drastis. Ia tersenyum puas. Usahanya akhir-akhir ini mengalami peningkatan. Tak hanya restoran, melainkan usahanya yang lain pun demikian. Dan ia merasa sangat bersyukur akan hal tersebut.

Caka memang memiliki beberapa usaha yang sudah dirintisnya sejak kuliah dulu. Bermodal nekat, ia berhasil mengembangkan usahanya itu hingga mampu berkembang pesat seperti sekarang.

Dulu ia hanya memiliki satu restoran yang berada di Jakarta, namun kini restorannya sudah memiliki cabang yang tersebar di Jabodetabek. Tak hanya itu, ia juga mencoba merintis usaha di bidang furniture dan perhiasan. Hasilnya pun tak mengecewakan. Di usianya yang memasuki 26 tahun ini, ia sudah bisa dikatakan sukses. Dengan pemasukan per bulan yang bernilai fantastis.

“Bagus. Untuk perkembangan pembangunan cabang di Jogja bagaimana?”

“Lancar, bos.”

Caka kembali mengangguk. Ia menyuruh salah satu orang kepercayaannya untuk keluar dari ruangannya.

Kini, tinggal Caka sendirian di ruangan kerjanya. Tangannya merogoh saku celana untuk mengeluarkan ponsel. Ia mencari salah satu nomor di kontaknya untuk dihubungi.

“Halo, kenapa? Lo tahu orang sibuk gak sih? Telpon mulu perasaan!”

Belum sempat mengeluarkan sepatah kata apapun, Caka sudah lebih dulu dimaki oleh seseorang di seberang sana.

Caka berdecak. “Gue cuma mau tanya, tinggal jawab apa susahnya sih?”

“Lo mau tanya cewek itu lagi? Dia ada di sini, udah 30 menit yang lalu. Mending Lo ke sini aja, daripada ngerepotin gue.”

Unpredictable CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang