Waktu begitu cepat berlalu. Hari ini merupakan hari bersejarah bagi Ravania. Sebab setelah 4 tahun menempuh kuliah, hari ini ia resmi wisuda.
Rona kebahagiaan tak pernah pudar dari wajah Ravania. Apalagi melihat anggota keluarga yang juga turut hadir menyaksikan acara pentingnya.
Tak lupa ada Caka yang berada tak jauh dari keluarganya. Menambah kesan bahagia pada Ravania.
Begitu serangkaian acara wisuda selesai, kini tibalah saatnya untuk sesi foto.
Ravania segera memanggil semua orang terdekatnya untuk mengabadikan momen penting seperti saat ini.
Pertama ia mengajak anggota inti keluarganya, mulai dari orang tua, kakaknya, dan kakak iparnya. Lalu, Ravania mengajak Silvia untuk berfoto bersama. Baru teman-teman satu fakultasnya.
Yang terakhir, Ravania berfoto bersama Caka. Cukup lama karena Ravania ingin mengembalikan banyak momen kebersamaan bersama Caka.
“Happh graduation, dear.”
Caka menyerahkan buket bunga yang memang sengaja ia bawa sebagai hadiah di hari wisuda kekasihnya. Ia merasa bangga Ravania akhirnya bisa menyelesaikan pendidikan hingga meraih gelar sarjana.
“Thank you, mas.”
Ravania juga menerima banyak hadiah dari teman-temannya. Saking banyaknya, ia sampai kesusahan membawa satu-satu. Alhasil baik Caka maupun keluarganya ikut membantu membawakan hadiah Ravania.
“Happy graduation, Van.”
Ravania dan Caka kompak menoleh ke sumber suara. Jika Ravania menyambut dengan senyuman, berbeda dengan Caka yang langsung memasang wajah penuh peringatan.
“Makasih Juna.”
“Boleh foto bareng?”
“Oh tentu bol---”
“Gak boleh!” sela Caka dengan cepat.
Ravania menatap Caka dengan pandangan protes. “Sekali ini aja, mas. Buat kenang-kenangan,” pintanya dengan wajah memelas. Berharap jika Caka memperbolehkannya untuk berfoto dengan Juna.
Melihat wajah memelas Ravania, jujur saja Caka tak tega. Tapi ia juga tak bisa menahan rasa cemburunya jika membiarkan Ravania berdekatan dengan laki-laki lain.
“Tapi---”
“Please.”
“Oke-oke, cuma 1 pose.”
“Ayo Juna!”
Ravania langsung menggandeng lengan Juna untuk berdiri berdampingan. Meninggalkan Caka yang mengumpat dalam hati karena merasa posisi Ravania dan Juna terlalu dekat.
Caka menghela nafas panjang. Mengusap dadanya berharap diberi kesabaran oleh Tuhan agar keinginannya untuk menendang Juna hilang seketika.
“Sabar ya, mas.”
Caka menoleh. Ia memaksakan senyum saat melihat Silvia yang tertawa. Entah karena apa, tapi ia beranggapan jika Silvia menertawakan dirinya.
~|Unpredictable Couple|~
Caka pulang ke rumahnya setelah menghadiri acara wisuda Ravania. Sebelum itu, ia juga sudah menyempatkan ikut acara syukuran yang diadakan Ravania di salah satu restoran dekat kampus.
Begitu tiba di rumah, Caka langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Rasanya begitu lelah, namun ia senang.
“Caka?”
Mata Caka yang terpejam langsung terbuka. Ia menoleh ke arah pintu kamarnya yang tertutup.
“Ada apa, Ma? Masuk aja, gak dikunci kok.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable Couple
RomanceDi umur ke 26 tahun ini, Cakara Dewandaru atau yang kerap disapa Caka belum juga menemukan tambatan hatinya. Desakan perihal pernikahan selalu membuatnya lelah dan muak. Hingga suatu saat, ia berhasil menemukan seorang perempuan yang mampu menggeta...