28. Twenty Eight

8.9K 475 7
                                    

“Nanti kalau pulang kabari, aku jemput.”

Ravania mengangguk seraya melepas sabuk pengaman. Ia tersenyum saat Caka mengusap surainya dengan pelan.

Begitu keluar, Ravania melambaikan tangan sebelum mobil Caka melaju membelah Ibukota menuju tempat kerja.

Hari ini keduanya beraktivitas seperti biasa. Caka yang menjalankan bisnisnya dan Ravania sudah mulai masuk untuk bekerja setelah cuti menikah kemarin.

Ravania berjalan menuju ruangannya. Meletakkan tas dan mulai membaca laporan beberapa pasien yang ingin berkonsultasi dengannya hari ini. Ternyata hari ini pasiennya cukup banyak.

“Aura pengantin baru emang beda ya.”

Ravania mendongak. Tatapannya beradu dengan salah satu psikolog juga yang merupakan temannya selama bekerja di rumah sakit. Namanya Margaretha. Psikolog yang usianya lebih tua 3 tahun dibandingkan Ravania dan tentunya sudah menikah.

“Mbak bisa aja.”

“Kok cutimu sebentar banget? Emang cukup buat kalian honeymoon?”

“Cukup gak cukup sih, mbak. Soalnya suamiku juga udah harus ngurus bisnisnya. Lagipula kasihan pasienku nanti kalau aku kelamaan ambil cuti.”

“Iya juga sih. Ya udah aku balik ke mejaku dulu ya, selamat bekerja kembali.”

Ravania mengangguk sebagai balasan. Tak lupa memberikan senyum sebelum Margaretha benar-benar menghilang dari pandangan.

~|Unpredictable Couple|~

“Yang udah nikah mah beda, bawaannya cerah mulu wajahnya.”

Caka tertawa pelan. “Makanya buruan nikah sana, biar tau enaknya apa-apa dilayani sama istri.”

“Kalaupun gue punya calon, udah dari dulu gue nikah. Lo mungkin punya kenalan cewek yang cocok buat gue?”

“Gak ada. Lo tau sendiri kan kebanyakan temen gue cowok, kalaupun cewek pasti sepupu.”

Indra, salah satu teman Caka di SMA  dan kini menjadi partner bisnisnya menggerutu sebal. Di usianya yang sama seperti Caka, ia belum juga menemukan pendamping hidup.

“Tapi sorry kemarin gue gak bisa dateng ke nikahan Lo, gue dinas ke Kalimantan soalnya.”

“Santai, gue tau kok kerjaan Lo banyak.”

“Tapi katanya istri Lo masih muda ya?”

“Iya, baru lulus.”

“Gila-gila! Selisih 6 tahun, kalau Lo udah bungkuk nanti istri Lo masih seger.”

Caka mendorong bahu Indra cukup kencang. “Cuma selisih 6 tahun, beda cerita kalau gue nikah sama remaja 17 tahun.”

Bukannya marah, Indra justru tertawa kencang melihat respon Caka yang terlihat sebal. Jujur ia cukup terkejut dengan istri temannya itu yang ternyata masih berusia 22 tahun.

“Istri lo udah lulus, kan? Udah kerja emang?”

“Udah, kerja di rumah sakit bagian psikologi klinis.”

“Double hoki seumur hidup!”

Indra berkacak pinggang. Merasa iri sekaligus ingin memiliki kisah cinta seperti Caka.

“Ngelakuin amal baik apa sih Lo sampai-sampai dapet istri perfect kayak gitu? Gue yakin istri Lo pasti cantik juga kan.”

“Intinya sih jangan putus asa dan tetap semangat mencari jodoh.”

Unpredictable CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang