27. Twenty Seven

9.6K 559 7
                                    

Pagi-pagi sekali, Ravania sudah bangun untuk menyiapkan sarapan. Statusnya yang sudah menjadi istri membuatnya harus siap sedia melayani suami. Mulai hari ini ia sudah mulai tinggal di apartment Caka.

30 menit berkutat di dalam dapur, Ravania akhirnya menyelesaikan masakannya. Ia bergegas menata di meja makan.

Setelah itu, Ravania membuat secangkir kopi untuk Caka. Sebab sebelum-sebelumnya Caka sudah berpesan jika sering meminum kopi saat pagi hari.

Suara langkah kaki yang mendekat membuat Ravania menoleh. Bibirnya menyunggingkan senyum melihat Caka yang sudah bangun. Meskipun masih dengan wajah bantal dan rambut acak-acakan.

“Morning,” sapa Caka seraya memeluk Ravania dengan erat. Tak lupa membubuhkan ciuman pagi hari untuk istrinya itu.

“Morning. Mandi dulu sana, baru sarapan. Bajunya udah aku siapin.”

“Kamu udah mandi?”

“Udah dong, aku udah wangi.”

Caka tertawa pelan. Setelah itu, sesuai perintah Ravania, ia beranjak untuk membersihkan diri.

Pagi ini rasanya sangat berbeda bagi Caka. Jika biasanya ia terbangun dengan suasana apartment yang sepi, sekarang ada Ravania yang menghidupkan suasana apartmennya. Jika biasanya ia harus menyiapkan apa-apa sendiri, termasuk sarapan dan kopi, sekarang ada Ravania yang menyiapkan seluruh kebutuhannya. Sungguh, jika menikah semenyenangkan ini, rasanya ia ingin menikahi Ravania sejak pertama kali bertemu dulu.

Setelah selesai mandi, Caka kembali ke meja makan untuk sarapan. Di sana sudah ada Ravania yang duduk menunggunya untuk sarapan bersama. Kegiatan sederhana yang berhasil menghangatkan hatinya.

~|Unpredictable Couple|~

“Ini ATM isinya uang bulanan kamu, kalau kurang bilang aja.”

Ravania menerima kartu ATM yang diberikan oleh Caka. “Mas kasih aku bulanan berapa?”

“30 cukup?”

“30 ribu?”

“30 juta.”

“Hah? Banyak banget,” pekik Ravania terkejut dengan uang yang diberikan Caka. Memandang Caka dengan tatapan horor.

“Loh? Banyak? Aku kira kurang buat kamu.”

“Aku kan juga punya penghasilan sendiri dari kerja, lagipula aku gak terlalu suka jajan. Mending aku dikasih setengahnya aja, yang setengah buat tabungan semisal kita punya baby nanti. Karena pasti kebutuhan kita tambah banyak.”

Sekadar informasi, saat ini Ravania sudah bekerja sebagai psikologi klinis di suatu rumah sakit.

“Aku udah nyiapin tabungan tersendiri buat baby kita nanti, termasuk tabungan pendidikan.”

Lagi-lagi Ravania dibuat melongo dengan jawaban Caka barusan. Tak menyangka jika suaminya itu telah menyiapkan segalanya dengan terencana dan matang.

“Sumpah mas aku gak tau mau ngomong apa lagi.”

Caka tertawa melihat respon Ravania. Ia memang sudah menyiapkan segalanya dari awal sejak bertemu dengan Ravania pertama kali. Karena ia yakin biaya setelah menikah akan lebih banyak, apalagi jika ia memiliki anak. Maka dari itu, ia mulai giat bekerja dan menabung untuk masa depannya. Seniat itu memang. Dan beruntungnya lagi, Ravania benar-benar menjadi istrinya, sehingga tabungannya tak sia-sia.

“Mas bener-bener berhasil buat aku speechless.”

“Aku udah nyiapin semua dari jauh-jauh hari, bahkan sejak pertama kali ketemu kamu.”

Unpredictable CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang