31.Thirty One

7.9K 480 0
                                    

“Negatif.”

Ravania menghela nafas panjang menutupi rasa kecewanya. Memandang Caka yang diam di tempat dengan tatapan yang sulit diartikan.

Namun, Caka langsung mengubah rautnya dengan senyum. Menyuruh Ravania untuk mendekat ke arahnya.

“Gak papa, berarti kita harus usaha lebih keras lagi.”

“Mas marah sama aku?” tanya Ravania yang rasanya ingin menangis sekarang juga. Mendapati lagi-lagi dirinya belum bisa hamil setelah hampir 4 bulan menikah.

“Marah? Buat apa aku marah? Namanya juga belum rezeki, kita bisa apa? Mungkin Tuhan mau kita pacaran setelah menikah lebih dulu, sebelum nanti waktu kita dibuat sibuk untuk ngurus baby,” jelasnya seraya mengusap bahu Ravania. Memberi pengertian pada istrinya yang dilanda kesedihan.

Sebenarnya Caka tak begitu mempermasalahkan jika Ravania belum kunjung hamil. Toh ia menikahi Ravania karena benar-benar cinta, bukan karena ingin memiliki anak. Meskipun keinginan semua suami istri setelah menikah adalah keturunan, tapi jika Tuhan belum mengizinkan, manusia tak bisa berbuat apa-apa.

“Aku belum bisa kasih kamu anak, kalau aku gak bisa hamil gimana?”

Kedua mata Ravania yang berkaca-kaca menatap Caka dengan pandangan sayu. Hatinya merasa bersalah karena sampai sekarang belum juga diberi kesempatan untuk hamil.

“Kok ngomong gitu? Gak baik tau, sebelum nikah kan kita udah sama-sama cek kesehatan dan gak ada yang bermasalah. Mungkin Tuhan memang belum ngasih kepercayaan buat kita jadi orang tua, Tuhan masih mau kita berdua dulu. Jangan ngomong gitu lagi, aku gak menuntut kamu untuk bisa segera hamil. Aku nikahin kamu karena cinta dan mau kamu jadi pasangan hidup aku.”

Bahu Ravania bergetar karena tangis yang berusaha ia bendung tak bisa ditahan. Sedangkan Caka berusaha menenangkan Ravania yang pastinya terpukul.

“Maaf mas.”

“Gak perlu minta maaf, udah ya. Jangan sedih terus, kita bisa usaha lebih keras lagi.”

Ravania mengangguk di sela tangisnya. Ia mengusap kedua matanya yang berair.

~|Unpredictable Couple|~

Caka menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Ravania dengan hati-hati karena tak mau membangunkan Ravania yang sedang tertidur. Setelah itu, Caka bangun dari tempat tidur dan beranjak menuju dapur.

Bel rumah Caka berbunyi. Sekadar informasi, sejak satu bulan yang lalu Caka dan Ravania resmi pindah ke rumah baru. Meninggalkan apartment dan menempati rumah impian keduanya.

Saat membuka pintu, terlihat Yunita yang datang bersama Adipatih. Caka langsung mempersilahkan keduanya masuk.

“Ravania dimana?”

“Tidur di kamar.”

“Kok tumben masih pagi udah tidur? Ravania baik-baik aja, kan?” tanya Yunita dengan nada khawatir.

Caka mengangguk. “Ravania baik-baik aja, cuma tadi habis nangis karena setelah cek hasilnya negatif lagi.”

“Oh astaga! Bilang dong sama istrimu itu buat jangan terlalu dipikirin. Rezeki udah ada yang atur, kalau memang belum diberi rezeki ya gak papa.”

“Aku juga udah bilang gitu, Ma. Tapi ya gimana lagi orang Ravania ngeyel. Berulang kali udah aku kasih tau buat gak perlu sedih dan menuntut untuk punya anak, tapi dia ttp ngeyel. Dan berakhir nangis kalau lihat hasilnya yang masih negatif.”

Unpredictable CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang