17. Seventeen

9.7K 658 2
                                    

Hari ini merupakan hari terakhir Ravania KKN. Sebelum kembali ke Jakarta, kelompoknya lebih dulu melakukan acara perpisahan dengan warga setempat. 2 bulan bukanlah waktu yang singkat.

Ravania mengusap sudut matanya yang berair saat melihat beberapa anak kecil yang merengek tak ingin ditinggalkan. Selama 2 bulan KKN di desa ini, ia memiliki pengalaman yang tak akan pernah ia lupakan.

“Nangis?” tanya Juna dengan nada mengejek.

Ravania menggeleng pelan. Tersenyum singkat kala netranya bertatapan dengan mata teduh milik Juna. Meskipun kenyataannya terdapat jejak-jejak air mata yang membasahi pipinya.

“Kapan-kapan bisa kok ke sini lagi.”

“Iya.”

Juna tersenyum. Tak dapat dipungkiri bahwa berada di jarak yang dekat dengan Ravania selama 2 bulan berhasil membuatnya susah untuk melupakan. Meskipun demikian, ia akan tetap berusaha untuk menghapus perasaannya terhadap Ravania. Sebab ia tahu, Ravania telah memiliki tambatan hatinya. Ia tak mungkin memaksa Ravania lagi jika ada seseorang yang dicintai oleh gadis itu.

Ravania dan teman-temannya mulai memasukkan barang-barang yang dibawa selama KKN ke dalam mobil yang akan membawa mereka kembali ke Jakarta.

Ada perasaan sedih harus meninggalkan desa tempatnya KKN. Sebab di desa ini ia mendapatkan pelajaran hidup yang tak ia dapat di manapun.

Namun, di sisi lain ia juga merasa senang sebab dapat kembali lagi ke Jakarta. Ia bisa bertemu dengan Silvia, sahabatnya. Dan tentu saja ia juga bisa bertemu secara langsung dengan Caka.

Setelah 2 bulan lamanya hanya bisa menatap wajah Caka lewat sambungan telpon, Ravania bisa kembali melihat Caka secara langsung.

Membayangkan itu semua, tanpa sadar membuat Ravania terkekeh pelan.  Dan hal itu tak lupus dari pandangan Juna yang hanya bisa tersenyum kecut.

Tak ada lagi harapan bagi Juna untuk bisa bersama Ravania. Tak ad artinya jika Juna memperjuangan Ravania agar bisa bersamanya. Sebab pada kenyatannya, Ravania telah memilih laki-laki lain untuk dicintai. Dan tentunya laki-laki itu bukanlah dirinya. Betapa beruntung laki-laki yang bisa mendapatkan hati Ravania. Juna sangat iri dengannya.

~|Unpredictable Couple|~

Kepala Caka celingukan kesana-kemari. Berharap dapat segera melihat keberadaan seseorang yang dirindukannya 2 bulan ini. Siapa lagi kalau bukan Ravania.

“MAS CAKA!”

Teriakan mengejutkan itu berhasil membuat Caka terlonjak. Matanya mengedar dan berhasil menemukan sosok Ravania yang berlari ke arahnya dengan koper besarnya.

Bibir Caka menyunggingkan senyum lebar. Bak sebuah drama, Caka ikut berlari menghampiri Ravania. Dan ia langsung membawa tubuh Ravania ke pelukannya.

“Kangen,” gumam Caka seraya menenggelamkan wajahnya di surai hitam Ravania yang tergerai.

Sepertinya, baik Caka maupun Ravania tak menyadari jika posisi keduanya cukup intim diperlihatkan di tempat yang ramai seperti stasiun saat ini.

Barulah saat salah satu teman Ravania terbatuk dengan sengaja membuat pelukan keduanya terurai.

Caka tersenyum menyapa satu per satu teman Ravania. Hingga pada saat ingin menyapa Juna, senyum Caka berubah paksa. Ia masih kesal karena selama 2 bulan lamanya, Juna bisa berada di dekat Ravania.

Unpredictable CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang