Ravania menangis terisak melihat Caka yang datang dengan keadaan mengenaskan. Kemeja yang kotor akan darah, juga tampang suaminya yang memelas.
“Mas kenapa bisa begini sih.”
Sembari mengobati lengan Caka yang ternyata tergores cukup panjang, Ravania mencerca dengan berbagai pertanyaan.
“Ya namanya juga musibah, mau gimana lagi.”
“Terus kenapa yang nyerempet mas gak tanggung jawab? Harusnya tuntut dia karena udah buat mas luka kayak gini.”
Caka menghela nafas panjang. “Bukannya gak tanggung jawab, tapi emang aku yang gak mau memperpanjang urusan. Lagipula yang nyerempet aku kelihatan masih remaja dan keadaannya juga gak jauh lebih baik dari aku, makanya lebih baik aku langsung pergi.”
“Udah selesai,” ucap Ravania begitu selesai membungkus lengan Caka yang terluka dengan perban.
“Thank you, ay.”
Ravania mengangguk. “Sakit gak? Atau perlu periksa lebih lanjut ke rumah sakit? Lagian mas kenapa sih bebal banget gak mau di bawa ke rumah sakit. Kalau kenapa-napa gimana?”
“Ya gak gimana-gimana, ini cuma luka kecil kok.”
“Luka kecil kok sampai berdarah banyak kayak gitu,” gerutu Ravania dengan kesal. Ia membereskan kotak P3K yang isinya berserakan. Lalu berdiri dan meletakkannya di tempat biasa.
“Aku mau masak dulu.”
Setelah itu, Ravania beranjak menuju dapur untuk memasak makan malam. Sedangkan Caka memilih berbaring di tempat tidur karena tiba-tiba merasakan tangannya yang nyeri.
Beberapa menit kemudian, Ravania kembali setelah masakannya siap. Bermaksud memberitahu Caka untuk segera ke ruang makan. Namun, langkahnya terhenti karena melihat Caka yang ternyata tertidur nyenyak di tempat tidur.
Ravania merasa tak tega jika harus membangunkan Caka. Maka dari itu, ia memilih menunggu suaminya itu agar terbangun dengan sendirinya. Meskipun lama, ia akan menunggunya.
~|Unpredictable Couple|~
Ravania merasakan pipinya dingin seperti ada sesuatu yang sengaja menyentuh. Lalu, dengan perlahan ia mengerjapkan matanya. Menyesuaikan cahaya yang masuk. Begitu sadar, kedua bola matanya melotot kaget.
“Mas!” teriaknya tertahan.
“Maaf kalau kebangun.”
“Loh kenapa kita malah tidur di kasur?”
Kening Caka mengernyit. “Kan udah malem, harusnya kita tidur.”
“Tapi kita belum makan malam.”
“Oh. Kamu laper?”
Ravania mengangguk sebagai jawaban. “Emangnya mas gak laper? Bukannya terakhir makan siang tadi? Sebenernya aku mau nunggu mas bangun tadi, tapi ternyata aku ketiduran.”
“Gak papa. Kamu tunggu di sini aja, biar aku bawain makanan ke sini.”
“Pasti udah dingin, aku angetin aja. Mas yang tunggu di sini.”
“Aku aja, kamu cukup diam di sini.”
“Ya udah terserah,” ucap Ravania mengalah.
Baru setelah itu, Caka beranjak keluar menuju dapur. Meninggalkan Ravania yang terdiam di dalam kamar sendirian.
“Hei. Kok ngelamun.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable Couple
RomanceDi umur ke 26 tahun ini, Cakara Dewandaru atau yang kerap disapa Caka belum juga menemukan tambatan hatinya. Desakan perihal pernikahan selalu membuatnya lelah dan muak. Hingga suatu saat, ia berhasil menemukan seorang perempuan yang mampu menggeta...