Satu bulan dilewati Ravania dengan cepat. Tepat hari ini, ia sudah kembali ke Jakarta untuk melanjutkan kuliahnya.
Berpisah kembali dengan keluarganya di Jogja tak jarang membuat perasaan sedih kembali hinggap di hatinya.
“Gimana liburan kamu?” tanya Silvi begitu duduk di samping Ravania.
“Kurang lama.”
“Aku malah pengen cepet-cepet ke Jakarta.”
“Kenapa?”
Ravania menoleh. Ia bisa melihat raut wajah Silvia yang berubah sendu.
“Kamu lagi ada masalah sama keluarga kamu?”
Silvia mengangguk lesu. Gadis itu memilih tangannya dengan pelan.
“Kalau kamu mau, kamu bisa cerita sama aku.”
“Orang tua aku mau cerai,” terang Silvia dengan lirih. Matanya sudah berkaca-kaca siap untuk menumpahkan air mata. Sedangkan Ravania yang mendengarnya langsung terkejut. Ia mengusap bahu Silvia untuk menenangkan.
“Ibu aku ketahuan selingkuh sama teman kerjanya, ternyata udah hampir 1 tahun Ibu aku punya hubungan diam-diam sama temannya itu.”
Silvia menghela nafas panjang. Dadanya terasa sesak kala mengingat permasalahan keluarganya.
“Ayah sempet mau mempertahankan rumah tangganya sama Ibu, tapi Ibu yang kekeuh mau cerai karena lebih cinta selingkuhannya daripada Ayah aku. Akhirnya, setelah perdebatan alot, Ayah akhirnya setuju untuk cerai dari Ibu.”
“Pasti berat ya.”
Ravania menatap Silvia dengan tatapan iba. Meskipun tak mengalami secara langsung, tapi mendengar cerita dari Silvia berhasil menyayat hatinya.
“Aku gak masalah kalau mereka cerai, tapi aku takut adik-adik aku nanti kekurangan kasih sayang Ibu. Apalagi katanya Ibu mau pindah ke luar kota sama selingkuhannya itu, Ibu seakan gak peduli lagi sama anak-anaknya.”
“Jadi sekarang adik-adik kamu tinggal sama Ayah sendiri?”
“Sementara ini adik-adik aku dititipin sama tante dari pihak Ayah, setelah urusan perceraian selesai baru Ayah ambil adik-adikku lagi.”
“Mungkin itu memang yang terbaik buat keluarga kamu.”
“Aku masih gak nyangka Ibu bakal selingkuh, padahal menurut aku selama ini Ibu baik-baik aja sama Ayah, mereka kelihatan harmonis dan bahagia. Tapi ternyata Ibu justru selingkuh dari Ayah.”
Silvia mengusap air matanya yang mengalir. Ia memeluk Ravania karena telah menguatkannya. Meskipun rasanya berat, tapi ia akan mencoba perlahan-lahan untuk berdamai dengan masalah. Sebab ia yakin Tuhan memiliki rencana yang lebih baik untuk keluarganya.
~|Unpredictable Couple|~
“Maaf ya kalau saya ganggu kamu malam-malam seperti ini.”
Ravania terlihat kikuk. Entah apa yang mendasari Caka hingga memintanya untuk bertemu di malam hari.
“Sebenarnya ada yang mau saya bicarakan sama kamu.”
Caka terlihat gugup. Dan Ravania menyadari itu. Dilihat dari gestur dan nada bicara Caka yang terkesan ragu dan kaku.
“Mas Caka mau bicara apa?”
“Mungkin kamu akan kaget dan gak percaya sama omongan saya, tapi percayalah saya benar-benar serius mengatakannya.”
“Saya tertarik sama kamu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable Couple
RomanceDi umur ke 26 tahun ini, Cakara Dewandaru atau yang kerap disapa Caka belum juga menemukan tambatan hatinya. Desakan perihal pernikahan selalu membuatnya lelah dan muak. Hingga suatu saat, ia berhasil menemukan seorang perempuan yang mampu menggeta...