“Anak ibu cantik banget.”
Ravania memaksakan senyum saat mendengar pujian dari ibunya. Hari ini merupakan hari dimana ia akan bertemu dengan laki-laki yang waktu itu melamarnya.
Jangan tanya bagaimana perasaannya. Jelas ingin marah dan meluapkan semua unek-uneknya, namun melihat rona bahagia di wajah keluarganya, ia mengurungkan niatnya itu.
Alhasil selama wajahnya dipoles oleh MUA langganan keluarganya, Ravania hanya diam dengan pandangan kosong ke depan.
Sejak sampai di Jogja, ia tak membuka ponselnya sama sekali. Ia mematikan ponselnya itu untuk menghindari hatinya yang semakin sakit nanti.
“Kok badan kamu panas, kamu sakit?”
Ravania menggeleng sebagai jawaban. Ia jelas berbohong pada sang ibu, pasalnya sejak bangun tidur tadi Ravania merasakan tubuhnya tak nyaman. Suhu tubuhnya pun naik dan kepalanya terasa pusing.
“Beneran kamu gak papa?”
“Iya.”
Pintu kamar Ravania terbuka menampilkan Yosa yang sudah lengkap dengan pakaian formalnya. Kemeja batik dipadukan dengan celana bahan berwarna hitam.
“Keluarga laki-laki udah dateng, ayo keluar.”
Ravania yang mendengar itu mendadak lemas. Ia ingin menangis sekarang juga. Menangisi hidupnya yang tiba-tiba sial seperti ini. Andai ia bisa kabur, tentu sejak kemarin ia akan melarikan diri ke tempat yang jauh. Tapi sayangnya rencana itu hanya bisa bersarang di otaknya, tanpa bisa terealisasikan.
“Kamu siap?”
Dengan malas, Ravania berdiri dari duduknya. Sebelah lengannya diapit oleh Ibunya untuk berjalan bersisian menuju ruang tamu. Tempat dimana ia akan bertemu dengan seseorang yang tak ia kenal.
“Apapun keputusan kamu nanti, semoga gak mengecewakan kami ya, nak.”
Ravania tak membalas. Karena tiba-tiba ia merasakan kepalanya yang memberat. Pusing yang sejak tadi dirasakannya semakin menjadi.
Begitu sampai di ruang tamu, mata Ravania memicing melihat seorang laki-laki yang duduk di depan Bapaknya. Ravania sangat mengenali laki-laki itu.
Jantungnya mendadak berdetak di atas normal. Belum sempat mengatakan kalimat untuk meminta penjelasan lebih lanjut, tubuh Ravania ambruk karena tak sanggup menahan sakit yang dirasakannya.
Melihat Ravania yang tak sadarkan diri, kedua orang tuanya langsung panik dan berniat membawa anaknya ke rumah sakit.
Begitu pula dengan laki-laki yang sejak tadi duduk diam. Kini laki-laki itu tergesa-gesa mengikuti keluarga Ravania yang menuju rumah sakit.
~|Unpredictable Couple|~
Mata Ravania mengerjap. Menyesuaikan cahaya yang menyilaukan penglihatannya. Begitu terbuka sempurna, ia bisa melihat langit-langit ruangan uang didominasi warna putih khas rumah sakit.
Ravania mengangkat sebelah tangannya yang ternyata diinfus. Matanya mengedar untuk melihat sekelilingnya.
Pintu ruangan tiba-tiba terbuka dan menampilkan laki-laki tak asing yang akhir-akhir ini membuatnya uring-uringan. Laki-laki itu tampak terkejut, namun tak lama kemudian langsung berlari menghampirinya.
“Apa yang kamu rasain? Pusing? Lemes? Atau ada keluhan lain?”
“Mas Caka ngapain di sini?”
Pertanyaan itu Ravania keluarkan setelah lama terdiam. Memandang wajah Caka yang terlihat panik sekaligus khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable Couple
RomanceDi umur ke 26 tahun ini, Cakara Dewandaru atau yang kerap disapa Caka belum juga menemukan tambatan hatinya. Desakan perihal pernikahan selalu membuatnya lelah dan muak. Hingga suatu saat, ia berhasil menemukan seorang perempuan yang mampu menggeta...