Pagi hari kembali menyapa pasangan Caka dan Ravania. Keduanya telah siap dengan setelan kerja masing-masing karena hari ini akan kembali bekerja.
“Nanti aku jemput agak telat gak papa, kan?” tanya Caka sembari merapikan kemejanya.
Ravania mengangguk. “Gak papa, nanti aku tunggu kayak biasanya.”
“Udah? Kalau udah ayo berangkat sekarang.”
Caka dan Ravania berjalan beriringan menuju mobil yang terparkir di halaman. Caka membukakan pintu terlebih dahulu untuk Ravania sebelum ia masuk.
Caka langsung mengemudikan mobilnya membelah jalanan Jakarta menuju tempat kerja Ravania. Sepanjang perjalanan ia terus diam karena merasakan perasaan yang tak nyaman.
“Mas kenapa?”
Pertanyaan Ravania membuat Caka menoleh. Ravania bisa melihat wajah Caka yang seperti gusar dan cemas.
“Gak tau, tiba-tiba perasaanku gak enak.”
Mendengar itu, Ravania langsung mengeluarkan air mineral dari tasnya dan membantu Caka untuk minum. Berharap Caka dapat segera tenang.
“Gimana? Udah tenang?”
“Lumayan, tapi aku masih ngerasa perasaan yang ganjel.”
“Semua bakal baik-baik aja kok. Mas yang tenang.”
Caka mengangguk. Mencoba memfokuskan diri untuk mengendarai mobil. Mengabaikan perasaannya yang terasa tak nyaman entah karena apa.
Setelah menempuh beberapa menit, Caka akhirnya sampai di rumah sakit tempat Ravania bekerja.
“Mas beneran gak papa? Yakin bisa sampai tempat kerja?” tanya Ravania khawatir.
Caka mengangguk dan tersenyum menenangkan. “Gak papa, aku bisa kok. Kamu langsung masuk aja.”
“Hati-hati ya mas, kalau ada apa-apa kabari aku.”
“Pasti.”
Caka mencium kening Ravania sebelum wanita itu masuk ke dalam. Begitu sudah tak melihat Ravania, ia kembali melajukan mobilnya ke tempat kerja. Meskipun perasaan tak nyaman itu masih ada, tapi ia mencoba mengabaikannya.
~|Unpredictable Couple|~
Caka masuk ke dalam restoran miliknya yang terlihat baru buka. Matanya mengedar melihat para pekerja yang sibuk kesana kemari.
“Pagi pak.”
Caka tersenyum saat salah satu pekerja menyapanya. Setelah itu, ia langsung masuk ke dalam ruangannya.
Saat baru duduk di kursi, pintu ruang kerjanya diketuk dari luar. Caka langsung menyuruh orang itu masuk.
“Selamat pagi, pak.”
“Pagi, ada apa?”
“Semalam ada beberapa orang yang ingin menyewa restoran ini untuk pesta ulang tahun minggu depan. Saya perlu persetujuan Anda terlebih dahulu.”
Caka mengangguk. “Selagi gak merugikan restoran, gak papa. Biarkan mereka menyewanya. Untuk harga, sesuaikan seperti biasanya.”
“Baik pak, kalau begitu saya permisi. Hanya itu yang ingin saya sampaikan.”
Setelah itu, Caka membuka laptopnya untuk melihat laporan. Baru 15 menit menatap laptop, ponselnya berdering nyaring. Alhasil, Caka mengalihkan perhatiannya ke ponsel yang menayangkan nama Satria.
“Halo, Lo dimana?”
“Di restoran, kenapa?”
“Gue ke sana sekarang.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable Couple
RomanceDi umur ke 26 tahun ini, Cakara Dewandaru atau yang kerap disapa Caka belum juga menemukan tambatan hatinya. Desakan perihal pernikahan selalu membuatnya lelah dan muak. Hingga suatu saat, ia berhasil menemukan seorang perempuan yang mampu menggeta...