12. Twelve

11.2K 750 0
                                    

Malam ini udara terasa dingin menusuk kulit. Hujan yang mengguyur sore tadi masih meninggalkan hawa dingin yang membekas hingga malam ini.

Dengan semangkok mie kuah pedas dan teh hangat, Ravania terlihat begitu menikmati malam hari ini. Di depannya ada Silvia yang juga menyantap makanan yang sama dengannya.

“Kamu pacaran sama mas Caka?”

Ravania yang sedang meminum teh hangatnya langsung tersedak. Ia menepuk dadanya berharap dapat menghentikan batuknya. Wajahnya memerah dengan hidung yang berusaha meraup oksigen sebanyak-banyaknya.

“Pertanyaan kamu ngagetin banget!” gerutu Ravania seraya menatap Silvia dengan tajam. Sedangkan yang ditatap hanya mengedikkan bahunya acuh.

“Jadi gimana? Omonganku waktu itu terbukti, kan? Kamu sebenarnya ada rasa sama mas Caka, tapi kamu masih denial."

“Aku gak jadian sama mas Caka.”

“Terus? HTS?”

Ravania memelototkan kedua matanya. Sepertinya mulut Silvia perlu dipasang filter agar ucapan yang keluar bisa tersaring dengan baik.

“Waktu itu mas Caka bilang kalau dia tertarik sama aku. Dia juga niat mau serius. Tapi aku belum kasih jawaban.”

“Bagus dong, kenapa gak langsung kamu terima? Kapan lagi sih punya cowok yang ganteng terus tajir kayak mas Caka? Kamu beruntung bisa buat mas Caka tertarik.”

“Masalahnya aku kan masih kuliah, aku takut kuliahku berantakan kalau nanti pacaran. Terus juga pasti aku bakal sibuk banget nyicil skripsi.”

“Mas Caka pasti ngertiin kamu. Kalau kamu tolak mas Caka, belum tentu di masa depan kamu dapat laki-laki kayak dia.”

“Tapi aku masih bingung. Aku juga gak tau perasaanku gimana sama dia. Aku takut nyakitin mas Caka kayak aku nyakitin Juna.”

“Apa yang kamu rasain waktu ada mas Caka?”

“Aku happy, mas Caka kayak ngasih positif vibes buat aku. Jadi gak ada alesan buat aku gak nyaman sama mas Caka.”

“Kalau sama Juna, apa yang kamu rasain?”

“Biasa aja, aku cuma nganggap Juna sebatas teman. Gak lebih. Juna orangnya baik.”

Silvia menggebrak meja dengan pelan. Wajahnya terlihat menggoda Ravania.

“Dari sini aja udah kelihatan kalau kamu juga suka sama mas Caka. Mending kamu terima, jalani aja dulu. Siapa tau kalian bener-bener cocok. Kalau belum dicoba mana tahu.”

“Kalau ternyata aku cuma kagum sama mas Caka gimana?”

“Urusan gampang itu, lama-lama kamu juga bakal beneran jatuh cinta sama mas Caka.”

~|Unpredictable Couple|~

Ravania berdiri kikuk seraya menatap Caka yang berada di hadapannya. Sedangkan yang ditatap justru tak berhenti menebarkan senyuman mautnya.

“Sekarang saya tetanggan sama kamu.”

Jujur, Ravania tak tau alasan mengapa Caka tinggal di apartemen yang tak jauh dari kost nya. Saat melihat Caka yang berseliweran di sekitar apartemen tersebut seraya membawa barang-barang pribadi, Ravania langsung menghentikan langkahnya dan bergerak mendekati Caka.

“Mas Caka sekarang tinggal di sini? Sendiri?”

“Kalau maunya tinggal sama kamu, gimana?”

Unpredictable CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang