1.1

25 3 0
                                    

Mulut yang menganga lebar itu pun terkatup oleh buku tangan kanan seorang laki-laki yang kelihatan menguap beberapa kali di sepanjang jalan. Sedikit tidak bersemangat ia hari ini, agak sepet matanya-masih mengantuk-lantaran tidur terlalu larut. Beruntung laki-laki dengan nama panggilan, Noah tersebut masih sempat sarapan.

"Sialan banget si Sean," gumamnya seraya menguap kembali. Dan tak lama terdengar sayup-sayup suara keramaian yang diperkirakannya berasal dari jalan besar depan gang rumahnya. Semakin dekat ia pun menyadari kalau tempat Sean biasa menunggunya kini dihadiri oleh sejumlah warga sekitar area tersebut, juga bisa dia melihat kehadiran polisi di tengah-tengah masyarakat di sana. Ada apaan ya? batinnya.

Noah lantas mempercepat gerak langkahnya hingga keluar gang, yang seketika itulah dirinya disambut oleh pemandangan para pencari berita dengan lebih banyak kumpulan warga dan polisi di hadapan matanya. Dia yakini penyebabnya karena palang pita kuning yang menutup akses ke gang buntu di sana, lokasi pembuangan sampah pemilik toko sembako di sebelah. Sambil mendekati keramaian dia pun mulai berpikir akan sesuatu yang lebih buruk daripada hanya sekadar perampokan atau kecelakaan biasa, tanpa lagi melihat sekeliling. Semoga aja bukan, ucap Noah dalam hati.

Sementara seorang laki-laki lain yang sama-sama mengenakan seragam putih abu-abu itu, juga baru menyadari perihal keramaian di sekitar tempat tinggalnya sewaktu mendapati sebuah mobil dengan plak nomor yang tak asing. Di sekitarnya orang-orang pun berbisik, menyerukan kekhawatiran mereka terhadap lini masa yang mungkin saja sedang terulang.

Dan dihadapkanlah kedua pelajar itu oleh seonggok mayat berbalut koran juga kardus setibanya mereka di depan gang. Noah sontak membuang muka dikala mesti menahan rasa mual sekejap dirinya seolah bersebelahan dengan mayat. Merasa heranlah ia kepada Sean, akan bagaimana temannya ini bisa bertahan cukup lama memandangi hal tersebut. "Sean." Dia memanggil, tapi dirinya juga yang segera menjauh. Lalu berjongkok sambil bersandar pada tiang lampu jalanan. "Pagi-pagi udah liat begituan, haduhh ...," gumamnya. Kemudian mengusap kasar wajahnya hingga ke ujung dagu, dan sekitar lima sentimeter di samping kirinya tiba-tiba muncul penampakan seorang polisi.

"Eh Dek, lagi ngapain?"

***

Hitam&Putih : Benang yang PutusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang