“Ngantuk banget ya?” Dan ketika dia mengangkat kepala terdengarlah suara tawa teman-temannya yang menggema. “Makanya jangan suka begadang,” kata Pak Diro sambil tersenyum. Sean lantas terkekeh. “Maaf, Pak,” jawabnya malu-malu.
“Ya udah ini, coba kamu terangin lagi yang Bapak jelasin barusan, bisa gak?” Sean kontan melongo kaget, seolah tidak percaya dia lantas berucap, “Jelasin, ini ...?” Dan Pak Diro langsung menganggut. “Iya, kayak saya tadi ngejelasin di depan kelas. Bisa gak?” tantangnya lagi.
Dan mulailah lontaran hinaan Sean terima sewaktu dirinya tengah mengumpulkan kepingan memori dari alam bawah sadarnya. “Ayo, bisa gak?” Pak Diro masih menunggu. Hingga selang beberapa detik, laki-laki itu kontan bangkit. Lalu berjalan ke depan kelas seraya membawa buku tebal, membuat tertawaan itu seketika berubah menjadi tatapan keheranan.
“Beneran dong dia maju.”
“Haha, emangnya beneran bisa. Entar bukannya ngejelasin malah dibaca.”
Tidaklah Sean hiraukan berbagai hinaan tersebut, sebab walau malu menurutnya dia sudah lakukan kesalahan dan harus siap terima hukuman.
“Bapak mau saya jelasin dari mana?” tanya Sean. “Yang bab dua; klasifikasi makhluk hidup.” Terakhir sebelum mulai, senyum indah itu lagi-lagi mengembang memberikan nuansa yang amat berbeda dari sebelumnya.
“Kalau saya salah gak apa-apa kan Pak?” ucap Sean. “Iya gak apa-apa, namanya juga belajar,” jawab Pak Diro. Tetapi, kalimat percaya diri tersebut sepertinya tidak begitu disukai oleh beberapa murid di sana. Dasar Caper—itulah kata-kata mutiara yang Sean terima.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hitam&Putih : Benang yang Putus
Mystery / ThrillerKasus pembunuh berantai di kalangan elit telah terjadi di beberapa kota besar di Indonesia. Dengan bukti khusus pelaku selalu meninggalkan gumpalan kertas putih bergambar--bidak catur--di mulut korban sebagai tanda bahwa dialah pelakunya. Yang di ma...