2.3

5 1 0
                                    

“Gimana?”

“Mereka gak ke TKP lagi, cuma lewat doang kayak biasanya.” Pria berkemeja biru pucat itu pun merespons dengan menganggukkan kepalanya, lalu kembali menanyai rekan kerjanya yang lain. “Ada yang aneh gak, Pak?” Namun sama seperti sebelumnya, detektif polisi tersebut juga memberitakan hal yang sama.

“Kalau Anda sendiri?” tanyanya balik.

“Aku juga tidak menemukan apapun,” katanya. “Urus yang lain dulu aja kalau gitu Pak, baru nanti sore baru kita tanyain dia.”

“Noah!” Secara bersamaan ketiga perwira polisi itu kontan menoleh ke arah sisi kanan jalan, yang ternyata sudah ada rekan kerja mereka di sana bersama seorang laki-laki berseragam putih abu-abu. “Kamu ngapain di sini?”

Suara derap langkah kaki pun mengalun, menggelitik bulu tekuknya seketika memberi peringatan kepada ia yang kini telah dikelilingi oleh empat orang penegak hukum.

“Noah, temannya si Sean?” Seorang petugas lantas membenarkan. “Iya, ini anak yang kemarin,” sahut Dylan.

“Rumahmu di mana? Ada yang mau saya tanyain sama kalian berdua.” Dan Noah akhirnya hanya bisa tersenyum pasrah membayangkan apa yang mungkin akan dia terima begitu juga temannya. Sialan.

***

Hitam&Putih : Benang yang PutusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang