1.2

23 3 0
                                    

"Eh Dek, lagi ngapain?"

"Akh! Anjrit." Noah sontak terjingkrak kaget menangkap penampakan sebuah muka tersenyum yang tiba-tiba muncul di samping kirinya. Dan terpejamlah ia dengan tubuh gontai sambil mengaduh bersama jantung yang terus berdebar kencang. "Aduh ... Pak, Pak. Jangan gitu dong sayakan jadi kaget," seru Noah seraya menegakkan kaki kiri serta menurunkan tangan kanannya.

"Ya lagian kamu juga ngapain nongkrong di sini, bukannya malah berangkat sekolah," ucap perwira itu setelah tertawa selama beberapa saat. "Bapak juga kenapa di sini bukan sama yang lain ngurus itu tuh ...," balas Noah, sambil menunjuk sebuah gang dengan bibirnya. Namun pria muda tersebut malah ikut duduk di sebelahnya sembari berkata, "Tenang, udah ada dokter yang ngurusin." Lalu tersenyum. "Oh iya, nama Adek siapa ya?"

"Noah, Pak," ujarnya. "Kalau Bapak sendiri?" tanyanya balik. "Nama saya Dylan. Diingat-ingat ya kali aja kita ketemu lagi," ucap polisi itu bersama senyum yang masih terlihat pada di wajahnya. "Ngomong-ngomong-," Dylan bangkit dari duduknya, "-kamu gak mau berangkat sekarang?" Mengetahui Sean yang tengah berbincang dengan seorang petugas polisi di sana, Noah akhirnya berkata, "Teman saya belum selesai kayaknya."

Dylan menoleh ke arah dia melihat. "Ajak aja langsung daripada kesiangan," katanya. Dan laki-laki itu seketika menggeleng. "Enggak deh, Pak. Saya gak berani ke sana lagi," jawab Noah dengan sebersit senyum yang segera hilang tak lama setelahnya. "Gak kuat kamu ya?" Dia mengiyakan. "Makanya saya kabur kemari."

***

Hitam&Putih : Benang yang PutusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang