1.12

5 1 0
                                    

Dua belas menit, dan seorang pelajar di sana tampaknya sudah mulai lelah menunggu. Terus memandang dari kejauhan gedung sekolahnya dengan penuh rasa gusar, sementara perutnya sudah keroncongan sejak tadi.

“Heh, kalau dia gak datang juga uangnya tetap jalan ya,” katanya. Membuat seorang siswa di samping kanannya lantas berucap, “Mana bisa gitu dia harus dihajar dulu.”

Dengan geram laki-laki tersebut menjawab, “Ya terus si Sean mana? Kamu bilang dia bakal datang pas istirahat.” Sambil berdiri dari duduknya.

“Aku yakin dia pasti datang.” Mendengarnya ia kontan melipat kedua tangan di dada, lalu mendesis selagi membuang muka. “Kalau dia gak datang, kamu yang bakal aku hajar.” Dan kepalan tangannya seketika melayang, mengaktifkan refleks menghindar seorang siswa di hadapannya. Namun, ketika itu juga pukulannya kontan ditahan oleh teman sekelasnya. “Sabar Connor. Mending kita cari dia bareng-bareng, dia pasti lagi makan di kantin sekarang.”

Dengan perasaan geram ia pun menarik kasar pengelangan tangannya. “Ya udah buru,” katanya. “Tapi awas ya, kalau dia sampai gak ketemu,” ancam siswa tersebut sembari menunjuk lurus laki-laki di depan. Lalu menabrak bahunya segera saat satu persatu dari keempat murid di sana berjalan mengikuti Connor.

***

Hitam&Putih : Benang yang PutusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang