2.8

2 1 0
                                    

Namun, walau jelas yang Aiden dengar, pria tersebut malah fokus ke tempat lain. Terus berbisik kepada seorang anak laki-laki di sana, “Noah, coba kamu suruh si Sean ganti baju dulu, seragamnya basah itu.”

Mendengar perintahnya, laki-laki di seberang mejanya itu seketika beranjak menuju lantai dua.

Sementara Sean hanya menunggu tanpa pergerakan membiarkan tetesan air membasahi lantai tempatnya berdiri.

“Kebetulan banget yakan?” kata Aiden. Sambil menutup kembali botol obatnya, dia katakan, “Menurutku sih gak ada yang namanya kebetulan.” Ia tersenyum. “Aku yakin Paman kesini bukan cuma berkunjung yakan?” lanjutnya. Samaran mereka keren sekali, batin Sean.

“Emangnya kenapa kalau Paman kesini, sekalian temu kangen,” jawab Aiden dengan setengah senyuman. “Udahlah, gak usah basa-basi. Langsung aja biar kerjaan Paman bisa cepat selesai.” Dan ahli komputer di sana spontan berkata, “Santai dikitlah. Kamu duduk dulu sini—,” dia menengok Sean tanpa mengganti posisi, “—atau ganti baju dulu misalnya.”

Tapi respons Sean malah acuh tak acuh, meski sebenarnya dia mau dengan pilihan nomor dua. Noah ke mana ini? batinnya.

***

Hitam&Putih : Benang yang PutusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang