“Erick—” Terpotonglah kata-katanya, dengan ucapan Sean yang tiba-tiba. “Apalagi? Paman mau tahu alasanku kan? Ya itu dia ...!” pekiknya.
Kemudian seorang detektif polisi—Evan—lantas membalas, “Kami mewajarkan bila kamu memang belum bisa menerimanya, tapi tolonglah mengerti. Bukan cuma kamu, Inspektur Aiden juga sulit menerima fakta jika teman baiknya merupakan tersangka utama.” Dia tegaskan, “Detektif Richard Lloyd, gagasan beliau pada kasus PK kemarin sungguh diapresiasi olehnya. Namun, apa yang bisa Pak Aiden perbuat waktu saksi beserta bukti sudah bicara kalau Richard-lah pelakunya, terlebih akan pengakuan yang dia lontarkan di hadapan pengadilan—tidak mungkin dibuat-buat.”
“Dia gak ngasih tahu alasannya. Lagian kalau ayah emang pelakunya, kenapa dia mesti repot-repot bantuin Paman Aiden?”
Pria muda di seberang tempat duduknya spontan menjawab, “Karena dia mau kita mikir kayak gitu. Terlebih lagi bukan bantuan sebenarnya, melainkan upaya untuk mengecoh proses penyelidikan dari dalam.”
Membuat Dylan sontak membisikan namanya, mengisyaratkan sebuah peringatan. “Axel!” Tapi hanya senyum tipis yang ia beri. “Maaf Sean. Mengaku atau tidak, jika bukti dan saksi telah mengarah padanya dia tetap akan menjadi tersangka.”
“Gitu ya?”—Sean membatin.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hitam&Putih : Benang yang Putus
Mistério / SuspenseKasus pembunuh berantai di kalangan elit telah terjadi di beberapa kota besar di Indonesia. Dengan bukti khusus pelaku selalu meninggalkan gumpalan kertas putih bergambar--bidak catur--di mulut korban sebagai tanda bahwa dialah pelakunya. Yang di ma...